MAKALAH
ANATOMI FISIOLOGI KEBIDANAN
PAYUDARA DAN PROSES LAKTASI
Dosen Pembimbing
Novi Indrayani, SST, M.Kes
Disusun Oleh :
Kelompok 3 (B13.2)
PRODI
DIV BIDAN PENDIDIK
FAKULTAS
ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS
RESPATI YOGYAKARTA
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
rahmat dan ridho-Nya Makalah Anatomi Payudara dan Fisiologi Laktasi ini dapat penyusun
selesaikan. Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing Ibu Novi Indrayani, SST, M.Kes yang telah memberikan arahan dalam
pembuatan makalah ini.
Makalah ini dibuat untuk mencapai tingkat yang lebih memadai
sebagai sumber belajar walaupun dalam wujudnya yang belum sempurna, makalah ini
diharapkan dapat menjadi sumber belajar bagi yang memerlukan.
Kesempurnaan hanyalah milik Allah, oleh karena itu kami
menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh sebab
itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan.
Akhirnya, semoga makalah ini berguna dan bermanfaat bagi
kita semua dan Allah berkenan menerima amal bakti yang diabadikan pada kita
semua. Amin. Tidak lupa juga untuk semua kritik dan saran yang membangun dari
semua kalangan yang membaca makalah ini akan sangat membantu kami untuk
penyusunan makalah selanjutnya.
Yogyakarta,
07 Desember 2016
PENULIS
DAFTAR ISI
Halaman judul
Daftar Isi
Kata Pengantar
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Payudara
B. Fisiologi laktasi
C. Dukungan Bidan dalam
Pemberian ASI
D. Air Susu Ibu (ASI)
E. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
F. ASI Eksklusif
G. Manfaat Pemberian ASI
H. Masalah-masalah dalam Pemberian
ASI
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap manusia pada umumnya mempunyai payudara, tetapi
antara laki-laki dan perempuan berbeda dalam fungsinya. Payudara yang matang
adalah salah satu tanda kelamin sekunder dari seorang gadis dan merupakan salah
satu organ yang indah dan menarik. Untuk mempertahankan kelangsungan hidup
keturunannya, maka organ ini menjadi sumber utama dari kehidupan, karena air
susu Ibu (ASI) adalah makanan bayi yang paling penting pada bulan-bulan pertama
kehidupan.
Menjelang akhir kehamilan, kelenjar mamae Ibu berkembang
penuh untuk menyusui, tetapi hanya beberapa mililiter cairan di sekresi setiap
hari sampai setelah bayi di lahirkan cairan ini di namakan kolostrum.. Penting untuk diketahui oleh
ibu-ibu supaya menyususi harus dilaksanakan berdasarkan permintaan/kebutuhan
bayinya dan dilaksanakan secara teratur sepanjang hari baik pagi maupun malam
hari. Hal ini yang merupakan hambatan paling besar untuk ibu-ibu, terutama
ibu-ibu yang bekerja atau bagi ibu-ibu di negara-negara maju, yang mengalami
kesulitan dalam mengikuti pola menyusui yang demikian ketat. Tetapi, meskipun
demikian, harus diketahui bahwa ibu-ibu yang sudah melaksanakan pola laktasi
yang ketat itu, tetap saja antara 3-12 % akan menjadi hamil lagi sebelum
kembalinya haid pertama setelah melahirkan.
Laktasi bukan merupakan metode kontrasepsi yang dapat
diandalkan. Ironinya, banyak wanita yang tidak menyadari hal ini, dan masih
banyak ibu-ibu yang baru melahirkan yang tidak mendapatkan informasi maupun
konseling mengenai keluarga berencana.
B. Rumusan Masalah
1.Bagaimana
struktur anatomi payudara wanita?
2.Bagaimana
tahap perkembangan payudara?
3.Apa yang
dimaksud dengan kolostrum?
4.Bagaimana
fisiologi laktasi?
5.Bagaimana
perana bidan dalam pemberian ASI?
6. Apakah
yang diamksud dengan ASI?
7. Apakah
yang dimaksud dengan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)?
8. Bagaimanakah
agar bayi mendapat ASi Eksklusif?
9. Apa
manfaat ASI Eksklusif?
10.Apa
sajakah masalah yang sering ada pada saat menyusui?
C. Tujuan penulisan
1.Agar
dapat menambah wawasan dan mengenal lebih dalam lagi payudara kita.
2. Dan
apa yang kita pelajari dan amati bisa membantu kepada setiap orang yang
bermasalah dalam organ mamaenya masing- masing.
3. Agar
kita dapat mengetahui betapa penting laktasi
4. Mengetahui
bagaimana proses dan perawatan laktasi
5. Agar
kita dapat mengetahui tentang payudara dan susunan-susunan payudara sehingga
kita atau seprang Ibu dapat merawat dan menjaga kesehatan payudaranya.
6. Khususnya
seorang Ibu agar mengetahui tentang kolostrum dan kandungan gizi yang terdapat
dalam ASI.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Payudara
Payudara adalah Organ tubuh
yang terletak bagian bawah kulit dan di atas otot dada. Fungsi dari
payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Dengan kata lain,
payudara terletak di dinding depan fasia superfisialis antara tulang dada
sampai tulang iga ke enam, bentuknya cembung ke depan bervariasi dan di
tengahnya terdapat putting susu yang terdiri dari kulit dan jaringan erektil
(Maryunani, 2010). . Payudara manusia berbentuk kerucut tapi sering kali
berukuran tidak sama.Payudara dewasa beratnya kira-kira 200 gram, yang umumya
lebih besar dari yang kanan. Pada waktu hamil payudara membesar, mencapai 600
gram pada waktu menyusui mencapai 800 gram.
Gambar anatomi payudara:
Tiga bagian utama payudara, yaitu :
1. Korpus (badan),
yaitu bagian yang membesar
2. Areola yaitu
bagian yang kehitaman di tengah
3. Papilla atau
puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara.
Puting payudara dikelilingi oleh areola, suatu daerah
berpigmen yang ukurannya bervariasi, yang bertambah gelap saat hamil serta kaya
akan pasokan pembuluh darah dan serat saraf sensorik.
Disekitar puting payudara terdapat tuberkel Montgomeri,
kelenjar sebasea yang mengalami hipertrofi dan menjadi menonjol saat hamil,
menghasilkan pelumas dan memberi perlindungan. Pemakaian sabun dalam jumlah
besar dapat meningkatkan risiko kerusakan puting payudara, terutama kekeringan
dan retak. Kepekaan puting payudara dan daerah di sekitarnya sangat meningakt
segera setelah persalinan. Persiapan menyebabkan influks implus saraf aferen ke
hipotalamus yang mengontrol laktasi dan perilaku ibu.
Dalam korpus mamae terdapat alveolus, yaitu unit terkecil
yang memproduksi susu. Alveolus terdiri dari beberapa sel Aciner, jaringan
lemak, sel plasma, sel otot polos dan pembuluh darah. Beberapa alveolus
mengelompok membentuk lobules (kelenjar sekresi) kemudian beberapa lobulus
berkumpul menjadi 15-20 buah lobulus pada tiap payudara.
Dari alveolus, ASI disalurkan ke dalam saluran kecil
(duktulus), kemudian beberapa saluran kecil bergabung membentuk saluran yang
lebih besar (duktus laktiferus). Di bawah areola saluran besar melebar disebut
Sinus Laktiferus. Akhirnya, semua memusat ke dalam putting bermuara ke luar. Di
dalam dinding alveolus maupun saluran-saluran terdapat otot polos yang bila
berkontraksi memompa ASI keluar.
Gambar: payudara retro areolar
Pada retro areolar ini, duktus yang berdilatasi itu menjadi
lembut, kecuali selama masa menyusui, ia akan mengalami distensi. Masing-masing
duktus ini tak berisi, dan mempunyai satu bukaan ke arah puting (duktus
eksretorius). Tiap lobus dibagi menjadi 50-75 lobulus, yang bermuara ke dalam
suatu duktus yang mengalirkan isinya ke dalam duktus aksretorius lobus itu.
Diantara kelenjar susu dan fasia pektoralis, juga diantara kulit dan kelenjar
tersebut mungkin terdapat jaringan lemak. Diantara lobulus tersebut ada
jaringan ikat yang disebut ligamentum Cooper yang merupakan tonjolan jaringan
payudara yang bersatu dengan lapisan luar fasia superfisialis yang berfungsi
sebagai struktur penyokong dan memberi rangka untuk payudara.
Payudara mendapat perdarahan dari :
1.
Cabang-cabang perforantes a.mammaria interna. Cabang-cabang I, II, III, dan IV
dari a. mammaria interna menembus dinding dada dekat pinggir sternum pada
interkostal yang sesui, menembus m.pektoralis mayor dan memberi pendarahan tepi
medial glandula mamma.
2.
Rami pektoralis a. thorako-akromialis Arteri ini berjalan turun diantara m.
pektoralis minor dan m. pektoralis mayor. Pembuluh ini merupakan pembuluh utama
m. pektoralis mayor, arteri ini akan mendarahi glandula mamma bagian dalam
(deep surface).
3.
A. thorakalis lateralis (a. mammaria eksterna) Pembuluh darah ini jalan turun
menyusuri tepi lateral m. pektoralis mayor untuk mendarahi bagian lateral
payudara.
4. A.
thorako-dorsalis Pembuluh darah ini merupakan cabang dari a. subskapularis.
Arteri ini mendarahi m. latissimus dorsi dan m. serratus magnus. walaupun
arteri ini tidak memberikan pendarahan pada glandula mamma, tetapi sangat
penting artinya. Karena pada tindakan radikal mastektomi, perdarahan yang
terjadi akibat putusnya arteri ini sulit dikontrol, sehingga daerah ini
dinamakan ”the bloody angel”.
5.
Vena
Pada
daerah payudara, terdapat tiga grup vena :
1.
Cabang-cabang perforantes v. mammaria interna Vena ini merupakan vena terbesar
yang mengalirkan darah dari payudara. Vena ini bermuara pada v. mammaria interna
yang kemudian bermuara pada v. innominata.
2.
Cabang-cabang v. aksillaris yang terdiri dari v. thorako-akromialis, v.
thorakalis lateralis dan v. thorako-dorsalis.
3.
Vena-vena kecil yang bermuara pada v. interkostalis. Vena interkostalis
bermuara pada v. vertebralis, kemudian bermuara pada v. azygos (melalui
vena-vena ini metastase dapat langsung terjadi di paru).
Sistem limfatik pada payudara
terdiri dari:
1. Pembuluh getah bening aksilla :
Pembuluh
gatah bening aksilla ini mengalirkan getah bening dari daerah- daerah sekitar
areola mamma, kuadran lateral bawah dan kuadran lateral atas payudara. Pembuluh
getah bening mammaria interna: Saluran limfe ini mengalirkan getah bening dari
bagian dalam dan medial payudara. Pembuluh ini berjalan di atas fasia
pektoralis lalu menembus fasia tersebut dan masuk ke dalam m. pektoralis mayor.
Lalu jalan ke medial bersama-sama dengan sistem perforantes menembus m.
interkostalis dan bermuara ke dalam kelenjar getah bening mammaria interna.
Dari kelenjar mammaria interna, getah bening mengalir melalui trunkus
limfatikus mammaria interna. Sebagian akan bermuara pada v. kava, sebagian akan
bermuara ke duktus thorasikus (untuk sisi kiri) dan duktus limfatikus dekstra
(untuk sisi kanan). Pembuluh getah bening di daerah tepi medial kuadran medial
bawah payudara. Pembuluh ini berjalan bersama-sama vasa epigastrika superior,
menembus fasia rektus dan masuk ke dalam kelenjar getah bening preperikardial
anterior yang terletak di tepi atas diafragma di atas ligamentum falsiform.
Kelenjar grtah bening ini juga menampung getah bening dari diafragma,
ligamentum falsiforme dan bagian antero-superior hepar. Dari kelenjar ini,
limfe mengalir melalui trunkus limfatikus mammaria interna.
Payudara
mengalami 3 macam perubahan yang dipengaruhi hormon. Perubahan pertama ialah
mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa fertilitas, sampai ke
klimakterium dan menopause. Sejak pubertas, pengaruh estrogen dan progesteron
yang diproduksi ovarium dan juga hormon hipofise, telah menyebabkan duktus
berkembang dan timbulnya asinus. Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan
daur menstruasi. Sekitar hari kedelapan menstruasi payudara jadi lebih besar
dan pada beberapa hari sebelum menstruasi berikutnya terjadi pembesaran
maksimal. kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata.
Selama
beberapa hari menjelang menstruasi, payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga
pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan. Pada waktu itu
pemeriksaan foto mammogram tidak berguna karena kontras kelenjar terlalu besar.
Begitu menstruasi mulai, semuanya berkurang. 5 Perubahan ketiga terjadi pada
waktu hamil dan menyusui. Pada kehamilan, payudara menjadi besar karena epitel
ductus lobul dan ductus alveolus berploliferasi, dan tumbuh ductus baru.
Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu (trigger) laktasi. Air
susu diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan
melalui ductus ke puting susu.
Bentuk
puting ada empat, yaitu bentuk yang normal, pendek/ datar, panjang dan
terbenam (inverted). Puting payudara dikelilingi oleh
areola mamae , suatu daerah berpigmen yang ukurannya bervariasi, yang bertambah
gelap saat hamil serta kaya akan pasokan pembuluh darah dan serat saraf
sensorik. Disekitar puting payudara terdapat tuberkel Montgomeri, kelenjar
sebasea yang mengalami hipertrofi dan menjadi menonjol saat hamil, menghasilkan
pelumas dan memberi perlindungan. Pemakaian sabun dalam jumlah besar dapat
meningkatkan risiko kerusakan puting payudara, terutama kekeringan dan retak.
Kepekaan puting payudara dan daerah di sekitarnya sangat meningakt segera
setelah persalinan. Persiapan menyebabkan influks implus saraf aferen ke
hipotalamus yang mengontrol laktasi dan perilaku ibu.
Gambar: Bentuk-bentuk putting susu
Namun, bentuk- bentuk puting ini tidak selalu
berpengaruh pada proses laktasi, karena pada dasarnya bayi menyusu pada
payudara ibu bukan pada puting. Pada beberapa kasus dapat terjadi dimana putting
tidak lentur, terutama pada bentuk puting tebenam, sehingga butuh penanganan
khusus.
B. Fisiologi Laktasi
Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian, yaitu
produksi ASI (prolaktin) dan pengeluaran ASI (oksitosin). Pembentukan payudara
dimulai sejak embrio berusia 18-19 minggu, dan berakhir ketika mulai
menstruasi. Hormon yang berperan adalah hormon esterogen dan progesteron yang
membantu maturasi alveoli. Sedangkan hormon prolaktin berfungsi untuk produksi
ASI. Selama kehamilan hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI belum
keluar karena pengaruh hormon estrogen yang masih tinggi. Kadar estrogen dan
progesteron akan menurun pada saat hari kedua atau ketiga pasca persalinan,
sehingga terjadi sekresi ASI. Pada proses laktasi, terdapat dua refleks yang
berperan, yaitu refleks prolaktin dan refleks aliran yang timbul akibat
perangsangan putting susu dikarenakan hisapan bayi.
skema reflek pada laktasi
|
1. Refleks Prolaktin
Akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan untuk
membuat kolostrum, tetapi jumlah kolostrum terbatas dikarenakan aktivitas
prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesteron yang masih tinggi. Pasca
persalinan, yaitu saat lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi korpus luteum
maka estrogen dan progesteron juga berkurang. Hisapan bayi akan merangsang
puting susu dan kalang payudara, karena ujung-ujung saraf sensoris yang
berfungsi sebagai reseptor mekanik.
Rangsangan
ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis hipotalamus dan akan
menekan pengeluaran faktor penghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya
merangsang pengeluaran faktor pemacu prolaktin.
Faktor pemacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofise anterior sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu. Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada peningkatan prolaktin walau ada isapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap berlangsung.
Faktor pemacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofise anterior sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu. Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada peningkatan prolaktin walau ada isapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap berlangsung.
Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan
menjadi normal pada minggu ke 2 – 3. Sedangkan pada ibu menyusui prolaktin akan
meningkat dalam keadaan seperti: stress atau pengaruh psikis, anastesi, operasi
dan rangsangan puting susu.
2. Refleks Aliran (Let Down Reflek)
Bersamaan
dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior, rangsangan yang berasal
dari isapan bayi dilanjutkan ke hipofise posterior (neurohipofise) yang
kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah, hormon ini menuju uterus
sehingga menimbulkan kontraksi. Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang
telah terbuat, keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktus dan selanjutnya
mengalir melalui duktus lactiferus masuk ke mulut bayi. Faktor-faktor yang
meningkatkan let down adalah: melihat bayi, mendengarkan suara bayi mencium
bayi, memikirkan untuk menyusui bayi. Faktor-faktor yang menghambat reflek let
down adalah stress seperti keadaan bingung, cemas, pikiran kacau, dan takut.
Mekanisne hisapan bayi
Bayi yang sehat mempunyai 3 refleksi intrinsik, yang
diperlukan untuk berhasilnya menyusui seperti:
1. Refleksi mencari (Rooting reflex)
Payudara
ibu yang menempel pada pipi atau derah sekeliling mulut merupakan rangsangan
yang menimbulkan refleks mencari pada bayi. Ini menyebabkan kepala bayi
berputar menuju puting susu yang menempel tadi diikuti dengan membuka mulut dan
kemudian puting susu ditarik masuk ke dalam mulut.
2. Refleks mengisap (Sucking reflex)
Tehnik
menyusui yang baik adalah apabila kalang payudara sedapat mungkin semuanya
masuk ke dalam mulut bayi, tetapi hal ini tidak mungkin dilakukan pada ibu yang
kalang payudaranya besar. Untuk itu maka sudah cukup bila rahang bayi supaya
menekan sinus laktiferus yang terletak di puncak kalang payudara di belakang
puting susu. Tidak dibenarkan bila rahang bayi hanya menekan puting susu saja,
karena bayi hanya dapat mengisap susu sedikit dan pihak ibu akan timbul
lecet-lecet pada puting susunya.
Puting
susu yang sudah masuk ke dalam mulut dengan bantuan lidah, di mana lidah
dijulurkan di atas gusi bawah puting susu ditarik lebih jauh sampai pada
orofaring dan rahang menekan kalang payudara di belakang puting susu yang pada
saat itu sudah terletak pada langit-langit keras (palatum durum). Dengan
tekanan bibir dan gerakan rahang secara berirama, maka gusi akan menjepit
kalang payudara dan sinus laktiferus, sehingga air susu akan mengalir ke puting
susu, selanjutnya bagian belakang lidah menekan puting susu pada langit-langit
yang mengakibatkan air susu keluar dari puting susu. Cara yang dilakukan oleh
bayi ini tidak akan menimbulkan cedera pada puting susu.
3. Refleks menelan (Swallowing reflex)
Pada saat
air susu keluar dari puting susu, akan disusul dengan gerakan mengisap (tekanan
negatif) yang ditimbulkan oleh otot-otot pipi, sehingga pengeluaran air susu
akan bertambah dan diteruskan dengan mekanisme menelan masuk ke lambung.
Keadaan akan terjadi berbeda bila bayi diberisusu botol di mana rahang
mempunyai peranan sedikit di dalam menelan dot botol, sebab susu dengan mudah
mengalir dari lubang dot. Dengan adanya gaya berat, yang disebabkan oleh posisi
botol yang dipegang ke arah bawah dan selanjutnya dengan adanya isapan pipi
(tekanan negatif) kesemuanya ini akan membantu aliran susu, sehingga tenaga
yang diperlukan oleh bayi untuk mengisap susu menjadi minimal.
Kebanyakan
bayi-bayi yang masih baru belajar menyusui pada ibunya, kemudain dicoba dengan
susu botol secara bergantian, maka bayi tersebutkan menjadi bingung puting
(nipple confusion). Sehingga sering bayi menyusu pada ibunya, caranya menyusui
seperti mengisap dot botol, keadaan ini berakibat kurang baik dalam pengeluaran
air susu ibu. Oleh karena itu kalau terpaksa bayi tidak bisa langsung disusui
oleh ibunya pada awal-awal kehidupan, sebaiknya bayi diberi minum melalui sendok,
cangkir atau pipet, sehingga bayi tidak mengalami bingung putting.
4. Pengeluaran ASI (Oksitosin)
Apabila
bayi disusui, maka gerakan menghisap yang berirama akan menghasilkan rangsangan
saraf yang terdapat pada glandula pituitaria posterior, sehingga keluar hormon
oksitosin. Hal ini menyebabkan sel-sel miopitel di sekitar alveoli akan
berkontraksi dan mendorong ASI masuk dalam pembuluh ampula. Pengeluaran
oksitosin selain dipengaruhi oleh isapan bayi, juga oleh reseptor yang terletak
pada duktus. Bila duktus melebar, maka secara reflektoris oksitosin dikeluarkan
oleh hipofisis
C. Dukungan Bidan dalam Pemberian
ASI
Bidan dapat memberikan dukungan dalam pemberian ASI, dengan:
1. Memberikan
bayi bersama ibunya segera sesudah lahir selama beberapa jam pertama.
2.
Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah masalah
umum yang timbul.
3. Membantu
ibu pada waktu pertama kali memberi ASI.
Posisi menusui dapat dilakukan dengan:
a. Posisi berbaring miring
Posisi ini
baik dilakukan pada saat pertama kali atau ibu dalam keadaan lelah/nyeri.
b. Posisi duduk
Pada saat
pemberian ASI dengan posisi duduk dimaksudkan untuk memberikan
topangan/sandaran pada punggung ibu dalam posisi tegak lurus (90 derajat)
terhadap pangkuannya. Posisi ini dapat dilakukan dengan bersila diatas tempat
tidur/lantai/duduk di kursi.
c. Posisi ibu tidur terlentang
Seperti
halnya pada saat dilakukan inisiasi menyusu dini, maka posisi ini juga dapat
dilakukan oleh ibu. Posisi bayi berada diatas dada ibu diantara payudara ibu.
Tanda –tanda bayi bahwa telah berada pada posisi yang baik
pada payudara, antara lain:
a) Seluruh tubuhnya berdekatan dan terarah pada ibu.
b) Mulut dan dagu bayi berdekatan dengan payudara.
c) Areola tidak akan tampak jelas
d) Bayi akan melakukan hisapan lamban dan dalam , dan
menelan ASInya.
e) Bayi terlihat senang dan tenang.
f) Ibu tidak akan merasa nyeri pada daerah payudaranya.
4. Menempatkan bayi didekat ibu pada kamar yang sama (rawat
gabung).
Manfaat
rawat gabung dalam proses laktasi dapat dilihat dari:
a) Aspek
fisik
Kedekatan
ibu dengan bayinya dapat mempermudah bayi menyusu setiap saat, tanpa jadwal.
Dengan demikian, semakin sering bayi menyusu maka ASI segera keluar.
b) Aspek
fisiologis
Bila ibu
selalu dekat dengan bayinya, maka bayi lebih sering disusui sehingga bayi
mendapatkan nutrisi alami dan kecukupan ASI. Refleks oksitosin yang ditimbulkan
dari proses menyusui akan membantu involusio uteri dan produksi ASI akan dipacu
oleh refleks prolaktin. Selain itu, berbagai penelitian menyatakan bahwa dengan
ASI eksklusif dapat menjarangkan kehamilan/atau dapat digunakan sebagai KB
alami.
c) Aspek
psikologis
Rawat
gabung dapat menjalin hubungan baik antara ibu dan bayi atau proses lekat (
early in fant mother bounding). Hal ini disebabkan oleh adanya sentuhan
badanniah ibu dan bayi. Kehangatan tubuh ibu memberikan stimulasi mental yang
diperlukan bayi, sehingga mempengaruhi kelanjutan perkembangan psikologis bayi.
Ibu yang dapat memberikan ASI secara eksklusif merupakan kepuasan tersendiri.
d) Aspek
edukatif
Rawat
gabung memberikan pengalaman bagi ibu dalam hal cara merawat bayi dan merawat
dirinya sendiri pasca melahirkan. Pada saat dorongan suami dan keluarga sangat
dibutuhkan ibu.
e) Aspek
ekonomi
Rawat
gabung tidak hanya memberikan manfaat pada ibu maupun keluarga, tetapi juga
untuk rumah sakit maupun pemerintah. Hal ini merupakan suatu penghematan dalam
pembelian susu buatan dan peralatan lain yang di butuhkan.
f) Aspek
medis
Pelaksanaan
rawat gabung dapat mencegah terjadinya infeksi nosokomial. Selain itu, ibu
dapat melihat perubahan fisik atau prilaku bayinya yang menyimpang dengan cepat
sehingga dapat segera menanyakan kepada petugas kesehatan sekiranya ada hal-hal
dianggap tidak wajar.
5. Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin.
6. Memberikan kolostrum dan ASI saja.
7. Menghindari susu botol dan dot/empeng bayi.
D. Air Susu Ibu (ASI)
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose
dan garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai
makanan utama bagi bayi. Komposisi asi tidak sama berdasarkan waktu ke waktu,
hal ini berdasarkan stadium laktasi.
ASI dibedakan dalam tiga stadium yaitu:
1. Kolustrum,
Kolustrum adalah air susu yang pertama kali keluar. Kolustrum ini disekresi oleh kelenjar payudara pada hari pertama sampai hari ke empat pasca persalinan.
Kolustrum merupakan cairan dengan viskositas kental, lengket dan berwarna kekuningan. Kolustrum mengandung tinggi protein, mineral, garam, vitamin A, nitrogen,sel darah putih dan antibodi yang tinggi daripada ASI matur. Selain itu, kolustrummasih mengandung rendah lemak dan laktosa.
Protein utama pada kolustrum adalah imunoglobulin (IgG, IgA dan IgM), yang digunakan sebagai zat antibodi untuk mencegah dan menetralisir bakteri, virus, jamur
dan parasite. Meskipun kolostrum yang keluar sedikit menurut ukuran kita,
tetapi volume kolostrum yang ada dalam payudara mendekati kapasitas lambung bayi yang berusia 1-2 hari. Volume
kolostrum antara 150-300 ml/24 jam. Kolostrum juga merupakan pencahar ideal untuk membersihkan zat yang tidak terpakai
dari usus bayiyang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan makanan bagi bayi makananyang akan datang.
2. ASI Transisi / Peralihan
ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai
sebelum ASI matang, yaitu sejak hari ke-4 sampai hari ke-10. Selama dua minggu,
volume air susubertambah banyak dan berubah warna
serta komposisinya. Kadar imunoglobulin danprotein menurun, sedangkan lemak dan laktosa meningkat.
3. ASI Matur
ASI matur disekresi pada hari ke sepuluh dan seterusnya. ASI matur tampak berwarna putih. Kandungan ASI matur relatif konstan, tidak
menggumpal bila dipanaskan.
Air susu yang mengalir pertama kali atau saat lima menit
pertama disebut foremilk.Foremilk lebih encer. Foremilk mempunyai kandungan rendah lemak dan tinggilaktosa, gula, protein, mineral dan air. Selanjutnya, air susu berubah menjadi hindmilk.Hindmilk kaya akan lemak dan nutrisi. Hindmilk membuat bayi akan lebih cepat kenyang.
Dengan demikian, bayi akan membutuhkan keduanya, baik foremilk maupunhindmilk. Dibawah ini bisa kita lihat perbedaan komposisi
antara kolustrum, ASI transisi dan ASI matur.
Transisi
|
|||
Energi (kgkal)
|
57,0
|
63,0
|
65,0
|
Laktosa (gr/100 ml)
|
6,5
|
6,7
|
7,0
|
Lemak (gr/100 ml)
|
2,9
|
3,6
|
3,8
|
Protein (gr/100 ml)
|
1,195
|
0,965
|
1,324
|
Mineral (gr/100 ml)
|
0,3
|
0,3
|
0,2
|
Immunoglubin
:
|
|||
Ig
A (mg/100 ml)
|
335,9
|
-
|
119,6
|
Ig
G (mg/100 ml)
|
5,9
|
-
|
2,9
|
Ig
M (mg/100 ml)
|
17,1
|
-
|
2,9
|
Lisosin (mg/100 ml)
|
14,2-16,4
|
-
|
24,3-27,5
|
420-520
|
-
|
250-270
|
E. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
1. Pengertian IMD
a.
Inisiasi menyusu dini adalah memberikan kesempatan kepada bayi untuk
mulai menyusu sendiri segera setelah bayi dilahirkan. ( Sintha,2008).
b. Inisiasi
Menyusu Dini adalah perilaku pencarian puting payudara ibu sesaat setelah bayi
lahir. (Prasetyono,2008)
c. Masa
- masa belajar menyusu dalam satu jam pertama hidup bayi diluar kandungan
disebut Inisiasi Menyusui Dini (IMD). Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses
alami mengembalikan bayi untuk menyusui, yaitu dengan memberi kesempatan pada
bayi untuk mencari dan mengisap ASI sendiri, dari satu jam pertama pada awal
kehidupannya. (Roesli, 2008).
d.Inisiasi
Menyusu Dini (IMD) adalah perilaku bayi untuk mencari puting susu ibunya dan
melakukan kontak kulit bayi dengan kulit ibunya ketika satu jam pertama setelah
bayi dilahirkan (Baskoro, 2008).
e. Inisiasi
menyusu dini adalah permulaan yang awal sekali dimana bayi diberi kesempatan
menyusu atau mencari puting payudara dengan cara merangkak di dada ibu (
Khasanah,2011 )
f. Inisiasi
Menyusu Dini (IMD) adalah rangkaian kegiatan dimana bayi yang baru saja lahir
secara naluri melakukan aktivitas – aktivitas yang diakhiri dengan menemukan
puting susu ibunya dan segera menyusu dari puting susu ibunya (Hartati, 2008).
Prinsip dalam Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah bayi
diberikan kesempatan untuk mengembangkan instingnya dalam menyusu kepada
ibunya. Setiap bayi lahir memiliki insting dan refleks yang sangat kuat pada
satu jam pertama kelahirannya. Lebih dari 1 jam maka refleks bayi akan menurun
dan baru menguat kembali setelah 40 jam. Jadi, sangatlah penting agar tidak
melewatkan waktu 1 jam pertama ini.
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yang dapat mendorong kita untuk
melakukan IMD sesaat setelah bayi dilahirkan :
a. Percayalah
bahwa bayi dapat melakukan ini sendiri. Sebenarnya ada kodrat alami seorang
bayi yang baru lahir untuk menyusu pada ibunya.
b. Ini
merupakan tahap awal yang baik,bila ingin memberikan ASI ekslusif selama 6
bulan pertama. Bayi akan menyukai ASI dan ibu tidak akan kekurangan untuk
memberikan ASI dan IMD juga mengurangi rasa nyeri saat harus menyusui.
c. Jangan
mengkhawatirkan bayi kita akan kedinginan karena tanpa pakaian apapun harus
dibiarkan selama 1 jam untuk mencari puting susu ibunya. Hal ini karena kulit
ibu dapat menghangatkan bayi secara sempurna.
d. Inisiasi
Menyusu Dini dapat meningkatkan kekebalan tubuh bayi, serta mengurangi tingkat
kematian bayi baru lahir.
e. Gerakan
bayi yang merangkak mencari puting susu dapat menekan rahim dan mengeluarkan
hormon yang membantu menghentikan perdarahan ibu.
f. Bila
bayi melakukan IMD menangis, jangan cepat-cepat menyerah untuk memberikan ASI.
Bayi yang menangis belum tentu karena merasa lapar,biarkan bayi menemukan susu
sendiri.
g. Bila
persalinan harus melalui proses Caesar kita tetap dapat melakukan IMD walaupun
kemungkinan keberhasilannya hanya 50% daripada persalinan normal.
h. IMD
dapat meningkatkan ikatan batin antara ibu dan anak.
F. ASI Eksklusif
ASI eksklusif adalah pemberian air susu ibu kepada bayi umur
0 – 6 bulan tanpa diberikan makanan atau minuman tambahan selain obat untuk
terapi (pengobatan penyakit). ASI merupakan satu jenis makanan yang mencukupi
seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologi sosial maupun spiritual. ASI
mengandung nutrisi , hormon, unsur kekebalan pertumbuhan, anti alergi, serta
anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200 unsur zat makanan. ASI
adalah sebuah cairan tanpa tanding ciptaan Allah yang memenuhi kebutuhan gizi
bayi dan melindunginya dalam melawan kemungkinan serangan penyakit.
Keseimbangan zat – zat gizi dalam air susu ibu berada pada tingkat terbaik dan
air susu memiliki bentuk paling baik bagi tubuh bayi yang masih muda. Pada saat
yang sama ASI juga sangat kaya akan sari – sari makanan yang mempercepat
pertumbuhan sel-sel otak dan perkembangan system saraf.
Ibu bekerja bukan alasan untuk tidak memberikan ASI
Eksklusif pada bayi, banyak solusi yang ditawarkan untuk tetap memberikan ASI
eksklusif, dan yang terpenting di sini adalah perubahan mindset serta komitment
sebagai orang tua yang selalu mementingkan kesehatan dan tumbuh kembang bayi.
Ada beberapa hal yang harus diketahui oleh ibu bekerja dalam
pemberian ASI Eksklusif yaitu :
1. Langkah-langkah pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Bekerja
a. Siapkan
ASI perah sekurang-kurangnya 2 minggu sebelum masuk kerja.
b. ASI
perah diberikan dengan sendok / cangkir dan jangan dengan DOT.
c. Perahlah
ASI di tempat kerja tiap 2 - 3 jam.
d. Perbanyak
minum terutama sebelum dan sesudah menyusui atau memerah ASI
e. Susuilah
bayi selama masih bersama ibu.
2. Cara memerah air susu ibu
a. Siapkan
cangkir bermulut lebar
b. Cuci
tangan dengan sabun antiseptic dan air bersih.
c. Oleskan
sedikit ASI ke puting dan Areola mamae sebelum memerah.
d. Letakkan
jari telunjuk, jari tengah, dan ibu jari di daerah areola pada posisi jam 6 dan
jam 12 atau jam 3 dan jam 9.
e. Lakukan
gerakan tekan - lepas - tekan - lepas sampai payudara terasa kosong.
f. Lakukan
pada kedua payudara selama ± 20 - 30 menit .
g. Perah
ASI tiap 2 - 3 jam, termasuk malam hari.
h.Simpan
ASI perahan dengan tempat tertutup dan beri label (tanggal, jam saat diperah),
lalu simpan di kulkas / termos Es.
3. Cara penyimpanan ASI perah
4. Cara memberikan ASI perah.
a.
Keluarkan ASI perahan dari kulkas, diamkan sampai cair, hangatkan ASI dengan
cara merendam tempat ASI dalam air panas.
b. Ibu /
pengasuh duduk nyaman.
c. Pegang
bayi tegak lurus / setengah tegak di pangkuan ibu.
d.
Sentuhkan sendok / cangkir ke bibir bayi.
e. Biarkan
bayi menghisap / menjilat ASI.
f. Jangan
menuangkan ASI ke mulut bayi.
g.
Sendawakan bayi.
TIPS UNTUK MELANCARKAN ASI EKSKLUSIF
1. Pijat Payudara / Breast Massage
Perawatan
payudara selama hamil berperan besar dalam mewujudkan tercapainya program ASI Eksklusif.
Breast massage bertujuan untuk relaksasi dan membantu refleks mengeluarkan ASI.
Breast massage sebaiknya dilakukan sedini mungkin yakni saat usia kehamilan 5 -
6 bulan. Dan jika umur kehamilan telah memasuki trimester ke-3, breast massage
tidak boleh dilakukan karena dapat menimbulkan kontraksi rahim. Breast massage
dapat dilakukan lagi setelah si buah hati lahir.
Cara Breast massage :
Bersihkan payudara dengan air hangat, lalu pijat dengan
menggunakan minyak (baby oil atau minyak kelapa / VCO). Pijat payudara dalam
beberapa menit dari arah pangkal (atas) payudara menuju puting (bawah) dengan
gerakan memutar pada satu area payudara. Lakukan hal yang sama pada area
payudara yang lain . Pijat bagian atas dan bawah payudara dari arah pangkal ke
arah puting, kemudian lanjutkan gerakan yang sama pada bagian samping payudara
dari dada ke arah putting.
2. Perawatan puting dan usaha menyusui secara langsung
Puting
susu menjadi salah satu faktor pendukung keberhasilan pemberian ASI Eksklusif,
tidak jarang ibu merasakan putus asa untuk memberi ASI oleh karena masalah
puting susu seperti misalnya puting susu lecet, puting susu gepeng, datar
ataupun radang pada payudara yang sering disebut mastitis. Masalah tersebut
dapat diatasi dengan cara melakukan perawatan secara rutin pada puting susu,
dan usahakan menyusui secara langsung.
3. Asupan Nutrisi yang optimal
Nutrisi
optimal merupakan salah satu modal persiapan menyusui. Konsumsi makanan yang
bergizi tinggi dapat menghasilkan kualitas ASI yang baik sehingga dapat
mencukupi kebutuhan Gizi pada bayi.
4. Ubah mindset dan cari dukungan
Perubahan
pola pikir dapat menumbuhkan keyakinan pemberian ASI eksklusif. Karena pikiran
positif akan menghasilkan hal yang positif, jadi pada saat anda memutuskan
untuk memberikan ASI Eksklusif pada bayi anda, maka yakinlah bahwa pasti dapat
melaksanakan dengan optimal. Selain perubahan pola pikir juga sangat penting
adanya dukungan dari lingkungan kerja.
Lingkungan
kerja yang baik adalah lingkungan kerja yang mendukung keberhasilan ASI
Eksklusif, dengan menyediakan fasilitas, sarana pemberian ASI, serta disediakan
waktu untuk memerah atau memberikan ASI kepada bayinya.
5. Rajin mencari informasi
ASI harus
diperah minimal tiap 1 - 3 jam sekali, semakin sering diperah maka produksi ASI
akan semakin meningkat. Produksi ASI sudah dirancang tidak lebih dan tidak
kurang pada setiap bayi. Jika terjadi masalah dengan menyusu, dan masalah
pemberian ASI sebaiknya dapat diatasi secara mandiri, maka dari itu seorang ibu
harus lebih rajin membaca dan mencari informasi tentang cara menangani masalah
menyusui, bahkan Anda bisa menjadi sumber informasi untuk masyarakat sekitar
anda.
Ingatlah
bahwa pemberian ASI secara maksimal maka secara otomatis sang ibu telah
mentransfer imunitas kepada bayi. Dan keputusan untuk menyusui bayi anda secara
eksklusif merupakan keputusan yang sangat bijaksana.
G. Manfaat Pemberian ASI
Memberikan ASI sangatlah penting dilakukan oleh seorang ibu
minimal hingga bayinya berusia 6 bulan. Berikut merupakan manfaat pemberian ASI
menurut Kristiyansari (2009):
1. Manfaat ASI bagi bayi
a.
Dapat membantu memulai kehidupannya dengan baik. Bayi yang mendapat ASI
memiliki kenaikan berat badan yang baik setelah lahir, pertumbuhan setelah
periode perinatal baik, dan mengurangi kemungkinan obesitas.
b.
Mengandung antibodi. Apabila ibu mengalami infeksi, maka tubuh ibu akan
membentuk antibodi dan disalurkan dengan bantuan jaringan limfosit. Antibodi di
payudara disebut Mammae Associated Immunocompetent Lymphoid Tissue (MALT).
c.
ASI mengandung komposisi yang tepat. ASI terdiri dari proporsi seimbang dan
cukup kuantitas semua zat gizi yang diperlukan untuk kehidupan 6 bulan pertama.
d.
Mengurangi karies dentis.
e. Memberi
rasa nyaman dan aman pada bayi. Hubungan fisik ibu dan bayi, kontak kulit ibu
ke kulit bayi yang mengakibatkan perkembangan psikomotor maupun sosial yang
baik.
f. Terhindar
dari alergi. Pada bayi baru lahir, sistem IgE belum sempurna, pemberian protein
asing yang ditunda sampai usia 6 bulan mengurangi resiko alergi.
g. Meningkatkan
kecerdasan bayi. Lemak pada ASI adalah lemak tak jenuh yang mengandung omega 3
untuk pematangan sel-sel otak.
h. Membantu
perkembangan rahang dan merangsang pertumbuhan gigi karena gerakan menghisap
mulut bayi pada payudara.
2. Manfaat
ASI bagi ibu
a. Aspek kontrasepsi
a. Aspek kontrasepsi
Hisapan
mulut bayi pada putting merangsang ujung syaraf sensorik sehingga post anterior
hipofise mengeluarkan prolaktin, yang akan masuk ke indung telur, menekan
produksi estergen sehingga tidak terjadi ovulasi. Pemberian ASI membrikan 98%
metode kontrasepsi yang efisien selama 6 bulan pertama dengan metode ASI
eksklusif dan belum menstruasi.
b. Aspek
keselamatan ibu
Isapan
bayi merangsang terbentuknya oksitosin oleh kelenjar hipofisis, yang
membantuinvolusi uterusdan mencegah pendarahan post partum. Penundaan haid dan
berkurangnya perdarahan post partum mengurangi resiko anemia defisiensi besi.
c. Aspek
penurunan berat badan
Dengan
menyusui, tubuh akan menghasilkan ASI lebih banyak sehingga timbunan lemak akan
terpaki.
d. Aspek
psikologis
Ibu akan
merasa bangga dan diperlukan, rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia.
3. Manfaat ASI bagi keluarga
a. Aspek
ekonomi
ASI tidak
perlu dibeli, dan bayi yang mendapat ASI cenderung lebih sehat sehingga
mengurangibiaya berobat jika sakit.
b. Aspek
psikologi
Kebahagiaan
keluarga bertambah karena kelahiran lebih jarang sehingga suasana kejiwaan
keluarga terpenuhi.
c. Aspek
kemudahan
ASI dapat
diberikan di mana saja, kapan saja. Tidak memerlukan perwatan dot dan
sebagainya.
4. Manfaat ASI bagi negara
a. Menurunkan
angka kesakitan dan kematian bayi
Beberapa
penelitian epidemiologis menyatakan bahwa ASI melindungi bayi dari penyakit
infeksi, misalnya diare, otitis media, dan sebagainya.
b. Menghemat
devisa negara
Jika semua
ibu menyusui, diperkiraka dapat menghemat devisa sebesar 8,6 milyar yang
seharusnya digunakan untuk membeli susu formula.
c. Menurangi
subsidi untuk rumah sakit
Rawat
gabung akan memperpendek lama rawat ibu dan bayi mengurangi komplikasi
nosokomial serta mengurangi biaya perawatan anak sakit.
d. Peningkatan
kualitas generasi penerus
Anak yang
mendapat ASI dapat tumbuh kembang secara optimal sehingga kualitas generasi
penerus bangsa akan terjamin.
H. Masalah-Masalah dalam Pemberian
ASI
a. Payudara Bengkak (Engorgement)
Sekitar
hari ketiga atau keempat sesudah ibu melahirkan, payudara sering terasa lebih penuh,
tegang, serta nyeri. Keadaan seperti itu disebut engorgement (payudara bengkak)
yang disebabkan oleh adanya statis di vena dan pembuluh darah bening. Hal ini
merupakan tanda bahwa ASI mulai banyak disekresi.
Apabila
dalam keadaan tersebut ibu menghindari menyusui karena alasan nyeri lalu
memberikan prelacteal feeding (makanan tambahan) pada bayi, keadaan tersebut
justru berlanjut. Payudara akan bertambah bengkak atau penuh karena sekresi ASI
terus berlangsung sementara bayi tidak disusukan sehingga tidak terjadi
perangsangan pada puting susu yang mengakibatkan refleks oksitosin tidak
terjadi dan ASI tidak dikeluarkan.
Jika
hal ini terus berlangsung, ASI yang disekresi menumpuk pada payudara dan
menyebabkan areola (bagian berwarna hitam yang melingkari puting) lebih
menonjol, puting menjadi lebih datar dan sukar dihisap oleh bayi ketika
disusukan. Bila keadaan sudah sampai seperti ini, kulit pada payudara akan
nampak lebih merah mengkilat, terasa nyeri sekali dan ibu merasa demam seperti
influenza.
Untuk
mencegah terjadinya payudara bengkak, beberapa cara yang dianjurkan antara lain
sebagai berikut :
1) Susukan
bayi segera setelah lahir, apabila keadaan memungkinkan
2) Susukan
bayi tanpa dijadwal (on demand / sesuka bayi)
3) Keluarkan
ASI dengan tangan atau pompa bila produksi melebihi kebutuhan bayi.
4) Lakukan
perawatan payudara pasca persalinan secara teratur
5) Keluarkan
sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek, sehingga puting lebih
mudah ditangkap/diisap oleh bayi.
6) Berikan
kompres dingin untuk mengurangi rasa sakit pada payudara.
7) Berikan
kompres hangat sebelum menyusui untuk memudahkan bayi mengisap (menangkap)
puting susu.
8) Lakukan
pengurutan (masase) payudara yang dimulai dari puting ke arah payudara untuk
mengurangi peningkatan peredaran darah dan terjadinya statis di pembuluh darah
dan pembuluh getah bening dalam payudara
b. Kelainan Puting Susu
Kebanyakan
ibu tidak memiliki kelainan anatomis payudara. Meskipun demikian, kadang-kadang
dijumpai juga kelainan antomis yang menghambat kemudahan bayi untuk menyusui,
misalnya puting susu datar atau puting susu terpendam (tertarik ke dalam).
Disamping kelainan anatomis, kadang dijumpai pula kelainan puting yang
disebabkan oleh suatu proses, misalnya tumor.
1) Puting
Susu Datar
Apabila
areola dijepit antara jari telunjuk dan ibu jari di belakang puting, puting
yang normal akan menonjol keluar, bila tidak, berarti puting datar. Ketika
menyusui puting menjadi lebih tegang dan menonjol karena otot polos puting
berkontraksi, meskipun demikian pada keadaan puting datar akan tetap sulit
ditangkap/diisap oleh mulut bayi.
2) Puting
Susu Terpendam (tertarik ke dalam)
Sebagian
atau seluruh puting susu tampak terpendam atau masuk ke dalam areola (tertarik
ke dalam). Hal ini karena ada sesuatu di bawahnya yang menarik puting ke dalam,
misalnya tumor atau penyempitan saluran susu. Kelainan puting tersebut
seharusnya sudah dapat diketahui sejak hamil atau sebelumnya sehingga dapat
diperbaiki dengan meletakkan kedua jari telunjuk atau ibu jari di daerah
payudara, kemudian dilakukan pengurutan menuju ke arah berlawanan. Perlu
diketahui bahwa tidak semua kelainan tersebut di atas dapat dikoreksi dengan
cara tersebut. Untuk itu, ibu menyusui dianjurkan untuk mengeluarkan ASI-nya
dengan manual (tangan) atau pompa kemudian diberikan pada bayi dengan
sendok/pipet/gelas.
c. Puting Susu Nyeri (Sore Nipple)
dan Putting Susu Lecet (Cracked Nipple)
Puting
susu nyeri pada ibu menyusui biasanya terjadi karena beberapa sebab sebagai
berikut:
1) Posisi
bayi saat menyusu yang salah, yaitu puting susu tidak masuk kedalam mulut bayi
sampai pada areola sehingga bayi hanya mengisap pada puting susu saja.
Hisapan/tekanan terus menerus hanya pada tempat tertentu akan menimbulkan rasa
nyeri waktu diisap, meskipun kulitnya masih utuh.
2) Pemakaian
sabun, lotion, cream, alkohol dan lain-lain yang dapat mengiritasi puting susu
3)
Bayi dengan tali lidah (frenulum linguae) yang pendek sehingga menyebabkan bayi
sulit mengisap sampai areola dan isapan hanya pada putingnya saja.
4) Kurang
hati-hati ketika menghentikan menyusu (mengisap).
Puting
susu nyeri biasanya dapat disembuhkan setelah memperhatikan tehnik menyusui
yang benar, khususnya letak puting dalam mulut bayi, yaitu bibir bayi menutup
areola sehingga tidak nampak dari luar, puting di atas lidah bayi, areola di
antara gusi atas dan bawah. Untuk menghindari puting susu nyeri atau lecet,
perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
·
Tidak
membersihkan puting susu dengan sabun, alkohol, lotion, cream, dan obat-obat
yang dapat mengiritasi.
·
Sebaiknya
selesai menyusukan untuk melepaskan hisapan bayi, tekanlah dagu bayi atau pijit
hidungnya atau masukkan jari kelingking ibu yang bersih ke mulut bayi.
·
Ibu
dianjurkan tetap menyusui bayinya mulai dari puting yang tidak sakit serta
menghindari tekanan lokal pada puting dengan cara merubah-rubah posisi
menyusui. Untuk puting yang sakit dianjurkan mengurangi frekuensi dan lamanya
menyusui.
·
Apabila
dengan tindakan tersebut di atas puting tetap nyeri, sebaiknya dicari
sebab-sebab lain (misalnya moniliasis). Puting susu lecet/luka akan memudahkan
terjadinya infeksi pada payudara (mastitis).
d. Saluran Susu Tersumbat (Obstructive
Duct)
Saluran
susu tersumbat (obstructive duct) adalah suatu keadaan dimana terjadi sumbatan
pada satu atau lebih saluran susu yang disebabkan oleh tekanan jari waktu
menyusui atau pemakaian BH yang terlalu ketat. Hal ini juga dapat terjadi karena
komplikasi payudara bengkak yang berlanjut yang mengakibatkan kumpulan ASI
dalam saluran susu tidak segera dikeluarkan sehingga merupakan sumbatan.
Sumbatan ini pada wanita yang kurus dapat terlihat dengan jelas sebagai
benjolan yang lunak pada perabaannya.
Untuk mengatasi terjadinya saluran susu tersumbat
(obstructive duct) ada beberapa hal yang dianjurkan, antara lain:
1) Sebaiknya
ibu melakukan perawatan payudara setelah melahirkan dengan teratur agar tidak
terjadi stasis dalam payudara yang mengakibatkan terjadinya radang payudara
(mastitis)
2) Gunakan
BH dengan desain menopang (menyangga), bukan menekan payudara.
3) Keluarkan
ASI setiap kali selesai menyusui bila payudara masih terasa penuh.
Sumbatan
saluran susu ini harus segera diatasi karena dapat berlanjut menjadi radang
payudara (mastitis). Untuk mengurangi rasa nyeri dan bengkak pada payudara
dapat diberikan kompres hangat dan dingin, yaitu kompres hangat sebelum
menyusui dengan tujuan mempermudah bayi mengisap puting susu dan kompres dingin
setelah menyusui untuk mengurangi rasa nyeri dan bengkak pada payudara.
e. Radang Payudara (Mastitis)
Radang
payudara (mastitis) adalah infeksi yang menimbulkan reaksi sistemik (seperti
demam) pada ibu. Hal ini biasanya terjadi pada 1-3 pekan setelah melahirkan dan
sebagai komplikasi saluran susu tersumbat. Keadaan ini biasanya diawali dengan
puting susu lecet/luka. Gejala-gejala yang bisa diamati pada radang payudara
antara lain kulit nampak lebih merah, payudara lebih keras serta nyeri dan
berbenjol-benjol (merongkol).
Untuk
mengatasi hal tersebut di atas, ibu perlu dianjurkan agar tetap menyusui
bayinya supaya tidak terjadi stasis dalam payudara yang cepat menyebabkan
terjadinya abses. Ibu perlu mendapatkan pengobatan (Antibiotika,
antipiretik/penurun panas, dan analgesik/pengurang nyeri) serta banyak minum
dan istirahat untuk mengurangi reaksi sistemik (demam). Bilamana mungkin, ibu
dianjurkan melakukan senam laktasi (senam menyusui) yaitu menggerakkan lengan
secara berputar sehingga persendian bahu ikut bergerak ke arah yang sama.
Gerakan demikian ini akan membantu memperlancar peredaran darah dan limfe di
daerah payudara sehingga statis dapat dihindari yang berarti mengurangi
kemungkinan terjadinya abses payudara.
f. Abses Payudara
Kelanjutan/komplikasi
dari radang payudara akan menjadi abses. Hal ini disebabkan oleh meluasnya
peradangan dalam payudara tersebut dan menyebabkan ibu tampak lebih parah
sakitnya, payudara lebih merah mengkilap, benjolan tidak sekeras seperti pada
radang payudara (mastitis), tetapi tampak lebih penuh/bengkak berisi cairan.
Bila payudara seperti ini perlu segera diperiksakan ke dokter ahli supaya
mendapat tindakan medis yang cepat dan tepat. Mungkin perlu dilakukan tindakan
insisi untuk drainase, pemberian antibiotik dosis tinggi dan anlgesik.
Ibu
dianjurkan banyak minum dan istirahat. Bayi dihentikan untuk menyusui sementara
waktu pada payudara sakit dan setelah sembuh dapat disusukan kembali. Akan
tetapi, bayi tetap bisa menyusui pada payudara yang sehat tanpa dijadwal
(sesuka bayi).
g. Air Susu Kurang
Masih
banyak ibu mengira bahwa mereka tidak mempunyai cukup banyak ASI untuk bayinya,
sehingga keinginan untuk menambah susu formula atau makanan tambahan sangat
besar. Dugaan makin kuat apabila bayi sering menangis, ingin selalu menyusu
pada ibunya dan terasa kosong/lembek meskipun produksi ASI cukup lancar.
Menilai
kecukupan ASI sebenarnya bukan dari hal tersebut di atas tapi terutama dari
berat badan bayi. Apabila ibu mempunyai status gizi yang baik, cara menyusui
benar, secara psikologis percaya diri akan kemauan dan kemampuan untuk bisa
menyusui bayinya serta tidak ada kelainan pada payudaranya maka akan terjadi
kenaikan berat badan pada 4-6 bulan pertama usia bayi. Hal ini dapat
dilihat dari KMS (Kartu Menuju Sehat) yang diisi setiap kali penimbangan di
Posyandu. Apabila tidak terjadi kenaikan berat badan bayi sesuai dengan usianya
biasanya hal ini disebabkan oleh jumlah ASI yang tidak mencukupi sehingga
diperlukan tambahan sumber gizi yang lain.
Masalah
pada bayi dapat berupa bayi sering menangis, bingung puting, bayi dengan kondisi tertentu seperti BBLR, ikterus, bibir sumbing, bayi kembar, bayi sakit, bayi dengan lidah
pendek (lingual
frenulum), bayi yang memerlukan perawatan.
a. Bayi
Sering Menangis
Tangisan bayi dapat dijadikan sebagai cara
berkomuniksi antara ibu dan buah hati. Pada saat bayi menangis, maka cari sumber
penyebabnya. Dan yang paling sering karena kurang ASI.
b. Bayi
Bingung Puting (Nipple Confusion)
Bingung Puting (Nipple Confusion) terjadi akibat pemberian susu formuladalam botol yang berganti-ganti. Hal ini akibat mekanisme menyusu
pada puting susu ibu berbeda dengan mekanisme
menyusu pada botol. Menyusu pada ibu memerlukan kerja otot-otot pipi, gusi, langit-langit dan
lidah. Sedangkan menyusu pada botol bersifat pasif, tergantung
pada faktor pemberi yaitu kemiringan botolatau tekanan gravitasi susu, besar
lubang dan ketebalan karet dot.
c. Bayi dengan BBLR dan Bayi Prematur
Bayi dengan berat badan lahir rendah, bayi prematur maupun bayi kecil mempunyai masalah menyusui karena refleks menghisapnya lemah. Oleh karena itu,
harus segera dilatih untuk menyusu.
Bila bayi dirawat di rumah sakit, harus lebih sering dijenguk,
disentuh dengankasih sayang dan bila memungkinkan disusui.
d. Bayi dengan Ikterus
Ikterik
pada bayi sering terjadi pada bayi yang kurang mendapatkan ASI.
Ikterik dini terjadi pada bayi usia 2-10 hari yang disebabkan oleh kadar bilirubindalam darah tinggi. Untuk mengatasi agar tidak terjadi hiper
bilirubinemia padabayi maka:
Oleh karena
itu, menyusui dini sangat penting karena bayi akan mendapatkolustrum. Kolustrum membantu bayi mengeluarkan mekonium, bilirubin dapat dikeluarkan melalui
feses sehingga mencegah bayi tidak kuning.
e. Bayi dengan Bibir Sumbing
Pada bayi dengan bibir sumbing pallatummolle (langit-langit lunak) dan pallatum durum (langit-langit keras), dengan posisi tertentu masih
dapat menyusu tanpa kesulitan. Meskipunbayi terdapat kelainan, ibu harus tetap menyusui karena dengan menyusui dapat melatih kekuatan otot rahang dan lidah.
f. Bayi Kembar
Posisi
yang dapat digunakan pada saat menyusui bayi kembar adalah dengan posisi memegang bola (football
position). Pada saat menyusui secara bersamaan,bayi menyusu secara bergantian.
Susuilah bayi sesering mungkin. Apabila bayi ada yang dirawat di
rumah sakit, berikanlah ASI peras dan susuilah bayi yang ada dirumah. Agar ibu
dapat beristirahat maka sebaiknya mintalah bantuan pada anggota keluarga atau orang lain untuk mengasuh bayi Anda.
g. Bayi Sakit
Bayi sakit dengan indikasi khusus tidak
diperbolahkan mendapatkan makananper oral, tetapi pada saat kondisi bayi sudah memungkinkan maka berikan
ASI.Menyusui bukan kontraindikasi pada bayi sakit dengan muntah-muntah ataupundiare. Posisi menyusui yang tepat dapat mencegah timbulnya muntah, antara lain dengan posisi duduk. Berikan ASI sedikit tapi sering
kemudian sendawakan. Pada saat bayi akan ditidurkan, posisikan
tengkurap atau miring kanan untuk mengurangibayi tersedak karena regurgitasi.
h. Bayi dengan Lidah Pendek (Lingual Frenulum)
Bayi dengan lidah
pendek atau lingual
frenulum (jaringan ikat penghubung lidah dan dasar mulut) yang pendek dan tebal serta kaku tak
elastis, sehingga membatasi gerak lidah dan bayi tidak dapat menjulurkan
lidahnya untuk “mengurut” puting dengan optimal.
Akibat
lidah bayi tidak sanggup “memegang” puting dan areola dengan baik, maka proses laktasi tidak dapat berjalan dengan sempurna. Oleh karena itu,
ibu dapat membantu dengan menahan kedua bibir bayi segera setelah bayi dapat “menangkap” putting
dan areola dengan benar. Kemudian posisi kedua bibir bayidipertahankan agar tidak
berubah-ubah.
i. Bayi yang Memerlukan Perawatan
Pada
saat bayi sakit dan memerlukan perawatan,
padahal bayi masih menyusu, sebaiknya ibu tetap merawat dan
memberikan ASI. Apabila tidak terdapat fasilitas, maka ibu dapat memerah ASI
dan menyimpannya. Cara penyimpananASI perahpun juga perlu diperhatikan, agar tidak mudah basi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jaringan payudara terentang dari sekitar iga ke 2 sampai ke
6 (Bergantung pada kostur). Pada awal kehamilan, ukuran payudara dan
pigmentasi Aerola meningakt Tuberkel Montgomery membesar dan puting payudara
menjadi tegak. Aliran darah ke payudara berlipat dua sehingga pembuluh darah
menjadi jelas, dan kulit mungkin tampak seperti marmer tpaslusen.
Struktur buah dada teridiri atas bahan kelenjar susu atau
jaringan lemak, cairan susu / kolostrum yang dihasilkan oleh ibu dalam 24 – 35
jam pertama setelah melahirkan mengandung banyak gizi dan zat – zat pertahanan
tubuh. Laktasi adalah Proses produksi, sekresi, dan pengeluaran ASI.
Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat komplek antara rangsangan
mekanik, saraf dan bermacam-macam hormon.
B. Saran
Bagi ibu menyusui perawatan puting susu merupakan hal yang
sangat penting sehingga harus dibersihkan. Sebagai seorang wanita harus menjaga
organ refroduksi terutama payudara agar dapat terhindar dari penyakit yang
menyerang payudara. Selain itu dengan merawat payudara kitaterutama pada
seorang Ibu maka zat gizi yang di perlukan bayinya akan terpenuhi dengan baik,
sehingga pertumbuhan bayi dapat berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, 2011. Asuhan Kebidanan Nifas.
Yogyakarta: Mitra.
Evulanda, Ayu F. 2011. Biologi Reproduksi.
Jakarta : Salemba Medika.
Kristiyanasari, W. 2012. ASI, Menyusui dan Sadari.
Yogyakarta : Nuha medika.
Marimbi, H. 2011. Biologi Reproduksi. Yogyakarta
: Nuha Medika.
Maryunani, A. 2011. Biologi Reproduksi dalam
Kebidanan. Jakarta : CV Trans Info Media.
Roesli, U. 2013. Panduan Praktis Menyusui.
Jakarta: Puspaswara.
Saryono. 2011. Biokimia Reproduksi. Yogyakarta :
Mitra Cedika.
Verrals, S. 2010. Anatomi dan Fisiologi Terapan
dalam Kebidanan. Jakarta : EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar