Senin, 06 Februari 2017

KASUS TEORI ERNESTINE WIEDENBACH



PEMBAHASAN dan KASUS TEORI ERNESTINE WIEDENBACH
  
Teori Ernestine Wiedenbach
Wiedenbach adalah seorang nurse-midwife yang juga teoris di bidang keperawatan. Ia berkualifikasi sebagai perawat pada tahun 1925, dan menjadi nurse-midwife pada tahun 1946.
Ernestine Wiedenbach mengembangkan teorinya secara induktif (dari khusus ke umum) berdasar pengalamannya dan observasinya dalam praktek.
Menurut teori Ernestine Wiedenbach, konsep model kebidanan dibagi menjadi 5, yaitu :
      1.      The Agents (meliputi perawat, bidan atau tenaga kesehatan lain)
Filosofi yang dikemukakan adalah tentang kebutuhan ibu dan bayi yang segera untuk mengembangkan kebutuhan yang lebih luas yaitu kebutuhan untuk persiapan menjadi orang tua.
Contoh kasus :
Bidan R memberikan konseling kepada wanita yang baru saja menjadi seorang ibu setelah proses persalinan yang dialaminya berjalan dengan lancar. Bidan R memberikan informasi mengenai apa saja yang harus atau perlu dilakukan selama merawat bayinya. Bidan R juga memberikan informasi mengenai apa saja yang dibutuhkan bayi selama masa perkembangannya agar tumbuh menjadi anak yang cerdas atau menjadi anak yang sesuai dengan harapan orang tua.

Tenaga kesehatan juga harus memerhatikan 4 elemen dalam “clinical nursing”. 4 elemen dalam “clinical nursing” tersebut adalah :
a.   Filosofi, cara yang ditempuh seorang bidan dalam memikirkan hidup dan bagaimana kepercayaan mereka mempengaruhi mereka.
b.   Tujuan, sasaran dimana bidan bermaksud mencapai akhir dari tindakan yang diambil. Semua aktifitas dimaksudkan untuk mencapai agar seusatu hal menjadi lebih baik.
c.   Praktek, tindakan dimana bidan melaksanakan sesuatu dalam rangka memelihara kebutuhan pasien.
d.   Seni atau Keterampilan, kemampuan untuk memahami kebutuhan klien, dan mampu mengembangkan suatu intuisi dalam hubungan dengan aktifitas mereka.
Selain itu, Ernestine juga yakin bahwa ada 3 bagian esensial yang dihubungkan dengan filosofi keperawatan, yaitu :
a    Menghargai atas kehidupan yang telah diberikan
b.   Menghargai sebuah kehormatan, sesuatu yang berharga, otonomi dan individualisme pada setiap orang
c.   Resolusi dalam menerapkan dinamisasi terhadap orang lain
Filosofi ulang yang dikemukakan adalah tentang kebutuhan ibu dan bayi yang segera, untuk mengembangkan kebutuhan yang lebih luas yaitu kebutuhan persiapan menjadi orang tua.

      2.      The Recipient
 Perawat atau bidan memberikan intervensi kepada individu disesuaikan dengan situasi dan kebutuhan masing-masing klien. Recipient meliputi wanita, keluarga, dan masyarakat. Perempuan menurut  masyarakat oleh masyarakat tertentu tidak mampu memenuhi kebutuhannya.
            Wiedenbach sendiri berpandangan bahwa recipient adalah individu yang berkompeten dan mampu melakukan segalanya sendiri, sehingga bidan atau perawat memberi pertolongan hanya apabila individu tersebut mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sendiri.

Contoh kasus :
Bidan L memberikan informasi mengenai cara memandikan bayi dengan benar, cara memberikan ASI pada bayi dengan benar, cara memberikan pola tidur dan menidurkan bayi dengan benar pada Ny. L beberapa hari setelah bersalin. Hal tersebut bertujuan agar ibu dapat melakukan semuanya sendiri tanpa bantuan bidan secara terus menerus.
                                                                                                             
      3.      The Goal or Purpose
            Tujuan asuhan adalah membantu orang yang membutuhkan pertolongan. Disadari bahwa kebutuhan masing-masing individu perlu diketahui sebelum menemukan goal. Bila sudah menemukan kebutuhan ini, maka dapat diperkirakan goal yang akan dicapai dengan mempertimbangkan tingkah laku fisik, emosional atau psikologis yang berbeda dari kebutuhan yang biasanya disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing individu dengan memperhatikan tingkah laku fisik, emosional atau psikologis. Untuk bisa mengidentifikasi kebutuhan pasien, bidan harus menggunakan mata, telinga, tangan, serta pikirannya.
    
    
Contoh kasus :
Bidan U melakukan tindakan atau intervensi hanya pada saat Ny. U mendapat kendala yang menyebabkan Ny. U tidak dapat memenuhi kebutuhan secara memuaskan.

      4.      The Means
Untuk mencapai tujuan dari asuhan kebidanan, Wiedenbach menentukan beberapa tahap, yaitu :
a.    Identifikasi kebutuhan klien, memerlukan keterampilan dan ide dari seorang bidan. Misalnya, sebelum menentukan tindakan atau intervensi, seorang bidan harus melakukan pengumpulan data yang berupa riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, riwayat pernikahan klien.
Contoh kasus :
Bidan melakukan pendataan pada seorang ibu hamil 6 bulan yang mengalami keluhan tidak adanya dorongan-dorongan (tendangan-tendangan) yang dilakukan bayi didalam kandungan. Pendataan tersebut meliputi riwayat kesehatan, riwayat kehmilan, riwayat persalinan, riwayat pernikahan. Pendataan tersebut bertujuan agar tujuan mengidentifikasi dapat terpenuhi dan identifikasi menjadi lebih rinci.

b. Ministration, yaitu memberikan dukungan dalam pencarian pertolongan yang dibutuhkan. Seorang bidan memberikan asuhan dukungan perencanaan untuk menemukan pertolongan yang tepat pada kasus yang di alami klien.
Contoh kasus :
Seorang klien ingin melakukan KB. Maka seorang bidan dapat memberikan obat serta penanganan yang tepat.

c. Validation, mengecek apakah bantuan yang diberikan oleh bidan  merupakan bantuan yang dibutuhkan klien.
Contoh kasus :
Ada seorang ibu pasca melahirkan, jika ibu belum sanggup melakukan aktifitas sendiri, seorang bidan wajib mendampingi ibu sesuai kebutuhannya, seperti membantu personal hyginenya.

d. Coordination, koordinasi sumber-sumber yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan klien. Seorang bidan membangun komunikasi dengan klien dan keluarga klien agar dapat mengetahui kebutuhan-kebutuhan yang sesuai untuk klien.
Contoh kasus :
Seorang Bidan meminta seorang ibu untuk melakukan pemeriksaan USG pada dokter. Hal tersebut disetujui oleh ibu. Pemeriksaan USG dilakukan untuk mengetahui posisi kepala rahim karena, bidan kesulitan untuk menemukan posisi tersebut. Pasien pun sangat memerlukan informasi USG tersebut demi kelancaran proses persalinan yang akan dihadapinya nanti.
Untuk bisa membantu pasien, bidan harus mempunyai :
a.  Pengetahuan, artinya agar bidan bisa memahami kebutuhan dan kelainan-kelainan pada pasien.
b. Penilaian, artinya bidan mampu mengambil keputusan dalam memberikan tindakan kepada klien.
c. Keterampilan, artinya bidan memiliki keterampilan untuk memenuhi kebutuhan pasien.

5.    Framework
Framework adalah kerangka kerja yang terdiri dari lingkungan sosial, organisasi, dan profesional. Bahwa dalam kehidupan sehari-hari bidan tidaklah bekerja sendiri namun, ia juga memerlukan tenaga kesehatan yang lainnya atau disebut managemen team.
Contoh kasus :
Seorang bidan desa melakukan penyuluhan pada ibu-ibu hamil di desa tersebut. Penyuluhan tersebut dibantu oleh teman-teman bidan yang lain serta ditolong oleh beberapa perawat yang membantu menyampaikan beberapa hal penting pada ibu-ibu hamil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar