PEMBAHASAN dan KASUS TEORI ERNESTINE WIEDENBACH
Teori Ernestine Wiedenbach
Wiedenbach adalah seorang
nurse-midwife yang juga teoris di bidang keperawatan. Ia berkualifikasi sebagai
perawat pada tahun 1925, dan menjadi nurse-midwife pada tahun 1946.
Ernestine Wiedenbach mengembangkan
teorinya secara induktif (dari khusus ke umum) berdasar pengalamannya dan
observasinya dalam praktek.
Menurut teori Ernestine Wiedenbach, konsep model kebidanan
dibagi menjadi 5, yaitu :
1. The Agents (meliputi perawat, bidan atau
tenaga kesehatan lain)
Filosofi yang dikemukakan adalah
tentang kebutuhan ibu dan bayi yang segera untuk mengembangkan kebutuhan yang
lebih luas yaitu kebutuhan untuk persiapan menjadi orang tua.
Contoh kasus :
Bidan R memberikan konseling kepada
wanita yang baru saja menjadi seorang ibu setelah proses persalinan yang
dialaminya berjalan dengan lancar. Bidan R memberikan informasi mengenai apa
saja yang harus atau perlu dilakukan selama merawat bayinya. Bidan R juga
memberikan informasi mengenai apa saja yang dibutuhkan bayi selama masa
perkembangannya agar tumbuh menjadi anak yang cerdas atau menjadi anak yang
sesuai dengan harapan orang tua.
Tenaga kesehatan juga harus
memerhatikan 4 elemen dalam “clinical nursing”. 4 elemen dalam “clinical
nursing” tersebut adalah :
a. Filosofi, cara yang ditempuh seorang
bidan dalam memikirkan hidup dan bagaimana kepercayaan mereka mempengaruhi
mereka.
b. Tujuan, sasaran dimana bidan
bermaksud mencapai akhir dari tindakan yang diambil. Semua aktifitas
dimaksudkan untuk mencapai agar seusatu hal menjadi lebih baik.
c. Praktek,
tindakan dimana bidan melaksanakan sesuatu dalam rangka memelihara kebutuhan
pasien.
d. Seni atau Keterampilan, kemampuan
untuk memahami kebutuhan klien, dan mampu mengembangkan suatu intuisi dalam
hubungan dengan aktifitas mereka.
Selain
itu, Ernestine juga yakin bahwa ada 3 bagian esensial yang dihubungkan dengan
filosofi keperawatan, yaitu :
a Menghargai atas kehidupan yang telah diberikan
b. Menghargai sebuah kehormatan,
sesuatu yang berharga, otonomi dan individualisme pada setiap orang
c. Resolusi dalam menerapkan dinamisasi terhadap orang lain
Filosofi ulang yang dikemukakan adalah tentang kebutuhan ibu
dan bayi yang segera, untuk mengembangkan kebutuhan yang lebih luas yaitu
kebutuhan persiapan menjadi orang tua.
2. The Recipient
Perawat atau bidan memberikan intervensi
kepada individu disesuaikan dengan situasi dan kebutuhan masing-masing klien.
Recipient meliputi wanita, keluarga, dan masyarakat. Perempuan menurut
masyarakat oleh masyarakat tertentu tidak mampu memenuhi kebutuhannya.
Wiedenbach sendiri berpandangan
bahwa recipient adalah individu yang berkompeten dan mampu melakukan segalanya
sendiri, sehingga bidan atau perawat memberi pertolongan hanya apabila individu
tersebut mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sendiri.
Contoh kasus :
Bidan L memberikan informasi mengenai cara memandikan bayi
dengan benar, cara memberikan ASI pada bayi dengan benar, cara memberikan pola
tidur dan menidurkan bayi dengan benar pada Ny. L beberapa hari setelah
bersalin. Hal tersebut bertujuan agar ibu dapat melakukan semuanya sendiri
tanpa bantuan bidan secara terus menerus.
3. The Goal or Purpose
Tujuan asuhan adalah membantu orang
yang membutuhkan pertolongan. Disadari bahwa kebutuhan masing-masing individu
perlu diketahui sebelum menemukan goal. Bila sudah menemukan kebutuhan ini,
maka dapat diperkirakan goal yang akan dicapai dengan mempertimbangkan tingkah
laku fisik, emosional atau psikologis yang berbeda dari kebutuhan yang biasanya
disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing individu dengan memperhatikan
tingkah laku fisik, emosional atau psikologis. Untuk bisa mengidentifikasi
kebutuhan pasien, bidan harus menggunakan mata, telinga, tangan, serta
pikirannya.
Contoh kasus :
Bidan U melakukan
tindakan atau intervensi hanya pada saat Ny. U mendapat kendala yang
menyebabkan Ny. U tidak dapat
memenuhi kebutuhan secara memuaskan.
4. The Means
Untuk mencapai tujuan dari asuhan kebidanan, Wiedenbach
menentukan beberapa tahap, yaitu :
a.
Identifikasi
kebutuhan klien, memerlukan keterampilan dan ide dari seorang bidan. Misalnya,
sebelum menentukan tindakan atau intervensi, seorang bidan harus melakukan
pengumpulan data yang berupa riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, riwayat
pernikahan klien.
Contoh kasus :
Bidan melakukan pendataan pada seorang ibu hamil 6 bulan
yang mengalami keluhan tidak adanya dorongan-dorongan (tendangan-tendangan)
yang dilakukan bayi didalam kandungan. Pendataan tersebut meliputi riwayat
kesehatan, riwayat kehmilan, riwayat persalinan, riwayat pernikahan. Pendataan
tersebut bertujuan agar tujuan mengidentifikasi dapat terpenuhi dan
identifikasi menjadi lebih rinci.
b. Ministration, yaitu memberikan dukungan dalam
pencarian pertolongan yang dibutuhkan. Seorang bidan memberikan asuhan dukungan
perencanaan untuk menemukan pertolongan yang tepat pada kasus yang di alami
klien.
Contoh kasus :
Seorang klien ingin melakukan KB. Maka seorang bidan dapat
memberikan obat serta penanganan yang tepat.
c. Validation, mengecek apakah bantuan yang diberikan
oleh bidan merupakan bantuan yang dibutuhkan klien.
Contoh kasus :
Ada seorang ibu pasca melahirkan, jika ibu belum sanggup
melakukan aktifitas sendiri, seorang bidan wajib mendampingi ibu sesuai kebutuhannya,
seperti membantu personal hyginenya.
d. Coordination, koordinasi sumber-sumber yang
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan klien. Seorang bidan membangun komunikasi
dengan klien dan keluarga klien agar dapat mengetahui kebutuhan-kebutuhan yang
sesuai untuk klien.
Contoh kasus :
Seorang Bidan meminta seorang ibu untuk melakukan
pemeriksaan USG pada dokter. Hal tersebut disetujui oleh ibu. Pemeriksaan USG
dilakukan untuk mengetahui posisi kepala rahim karena, bidan kesulitan untuk
menemukan posisi tersebut. Pasien pun sangat memerlukan informasi USG tersebut
demi kelancaran proses persalinan yang akan dihadapinya nanti.
Untuk
bisa membantu pasien, bidan harus mempunyai :
a. Pengetahuan,
artinya agar bidan bisa memahami kebutuhan dan kelainan-kelainan pada pasien.
b. Penilaian,
artinya bidan mampu mengambil keputusan dalam memberikan tindakan kepada klien.
c. Keterampilan,
artinya bidan memiliki keterampilan untuk memenuhi kebutuhan pasien.
5. Framework
Framework adalah kerangka kerja yang terdiri dari lingkungan
sosial, organisasi, dan profesional. Bahwa dalam kehidupan sehari-hari bidan
tidaklah bekerja sendiri namun, ia juga memerlukan tenaga kesehatan yang
lainnya atau disebut managemen team.
Contoh kasus :
Seorang bidan desa melakukan penyuluhan pada ibu-ibu hamil
di desa tersebut. Penyuluhan tersebut dibantu oleh teman-teman bidan yang lain
serta ditolong oleh beberapa perawat yang membantu menyampaikan beberapa hal
penting pada ibu-ibu hamil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar