BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR
BELAKANG
Dunia hewan atau tumbuhan sebagai
organisme terdapat suatu unit-unit. Unit terkecil dalam suatu organisme adalah
sel. Beberapa
referensi menyebutkan bahwa sel adalah segumpal protoplasma yang
berinti, sebagai individu yang berfungsi menyelenggarakan seluruh aktivitas
untuk kebutuhan hidupnya. Sel sendiri sebagai dasar menyusun suatu organisme
yang terdiri dari inti (nukleus) yang terbungkus oleh membran atau struktur
serupa tanpa membran.
Tidak ada
kehidupan dalam satuan yang lebih kecil dari pada sel. Maka dari itu, sel punya
peran yang cukup urgent bagi mobilitas suatu organisme. Meskipun ia merupakan
unit terkecil dalam suatu organisme, namun ia juga mempunyai sebuah ruang yang
disebut dengan ruang sel. Ruang sel adalah tempat organel-organel yang lain
yang berada didalam sel. Ruang sel ini meliputi bagian-bagian dalam sel yang
mencakupnya protoplasma atau cairan sel. Sedangkan ruang antar sel adalah
penghubung antar sel yang satu dengan yang lainnya.
Karena
perannya yang cukup krusial, maka kita harus mengkajinya lebih lanjut mengenai
sel. Maka dari itu penulis menyusun makalah tentang perbedaan sel tumbuhan
dengan sel hewan.
1.2
RUMUSAN
MASALAH
1.2.1
Apa Pengertian Sel?
1.2.2
Bagaimana Struktur Sel?
1.2.3
Apa Saja
Organel-Organel Sel?
1.2.4
Perbedaan Sel Hewan Dan
Sel Tumbuhan?
1.3
TUJUAN
PENULISAN
1.3.1
Untuk Mengetahui
Pengertian Sel
1.3.2
Untuk Mengetahui
Struktur Sel
1.3.3
Untuk Mengetahui
Organel-Organel Sel
1.3.4
Untuk Mengetahui
Perbedaan Sel Hewan Dan Sel Tumbuhan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sel
Pada awalnya sel digambarkan pada tahun 1665 oleh seorang ilmuwan Inggris Robert Hooke
yang telah meneliti irisan tipis gabus melalui mikroskop yang dirancangnya sendiri. Kata sel berasal dari kata bahasa Latin
cellula yang berarti rongga/ruangan.
Sel
merupakan unit terkecil yang menjadi dasar kehidupan dalam arti biologis.
Semua fungsi kehidupan diatur dan berlangsung di dalam sel. Karena itulah, sel
dapat berfungsi secara autonom asalkan seluruh
kebutuhan hidupnya terpenuhi.
Makhluk
hidup (organisme) tersusun dari satu sel tunggal (uniselular), misalnya bakteri,
Archaea,
serta sejumlah fungi
dan protozoa)
atau dari banyak sel (multiselular).
Pada organisme multiselular terjadi pembagian tugas terhadap sel-sel
penyusunnya, yang menjadi dasar bagi hirarki hidup.
Struktur sel dan fungsi-fungsinya secara menakjubkan hampir serupa
untuk semua organisme, namun jalur evolusi
yang ditempuh oleh masing-masing golongan besar organisme (Regnum) juga
memiliki kekhususan sendiri-sendiri. Sel-sel prokariota
beradaptasi dengan kehidupan uniselular sedangkan sel-sel eukariota
beradaptasi untuk hidup saling bekerja sama dalam organisasi yang sangat rapi.
2.2 Struktur Sel
Struktur sel untuk
pertama kali dilaporkan oleh seorang ilmuwan Inggris bernama Robert Hooke,
tepatnya pada tahun 1665 atau kurang lebih 342 tahun yang lalu. Ia telah
melakukan penelitian pada sayatan tumbuhan gabus (Quercus suber) yang sangat
tipis dengan menggunakan mikroskop. Pada sayatan gabus tersebut ditemukan
adanya ruang-ruang kosong yang dibatasi dinding-dinding dan tampak seperti
sarang lebah madu. Ia memberi nama penemuannya itu ”cella” yang artinya ruang
kosong.
Penemuan Robert Hooke
mengenai struktur berongga yang terdapat pada sel gabus tersebut sebenarnya
hanya mengenai sel mati. Di dalam sel semacam itu hanya terlihat rongga sel
tanpa isi. Akan tetapi, penemuan tersebut telah memberikan dorongan kepada para
ilmuwan lainnya untuk mempelajari dan menyelidiki sayatan-sayatan yang dibuat
dari bagian tubuh makhluk hidup.
Di dalam sel terjadi
reaksi kimia dan berbagai macam proses hidup yang merupakan ciri bahwa sel
merupakan unit fungsional. Sebagai unit struktural sel merupakan komponen
penyusun jaringan makhluk hidup. Setiap sel terdiri dari protoplasma dan
membran sel. Protoplasma kemudian terbagi lagi menjadi plasma sel atau
sitoplasma dan inti sel atau nukleus. Sitoplasma terdiri dari medium semi cair
yang disebut sitosol, yang di dalamnya terdapat organel-organel dengan bentuk
dan fungsi yang terspesialisasi.
Secara struktural, sel
dibedakan menjadi dua kelompok utama, yaitu sel prokariotik dan sel eukariotik.
Penamaan eukariot dan prokariot ini didasari oleh ada tidaknya membran pada
nukleus. Organisme yang tidak memiliki membran nukleus disebut organisme
prokariot, sedangkan organisme yang memiliki membran nukleus disebut organisme
eukariot. Kata prokariot berasal dari bahasa Yunani, yaitu pro dan karyon. Pro
artinya sebelum dan karyon artinya inti sel. Demikian pula istilah eukariot
berasal dari kata eu dan karyon. Eu artinya sebenarnya dan karyon artinya inti
sel. Pada sel eukariotik yang memiliki membran nukleus, cairan dalam intinya
(nukleoplasma) terpisah dengan cairan yang berada di luar nukleus (sitoplasma).
Secara umum sel memiliki bagian- bagian yaitu:
1. Inti
Inti sel adalah pusat pengawasan sel. Ia
mengawasi reaksi-reaksi kimia yang terjadi dalam sel dan reproduksi sel. Inti
mengandung asam dioksiribonukleat (ADN) yang umum disebut gen atau kromosom.
Gen ini menentukan sifat-sifat protein enzim sitoplasma, dan dengan jalan ini
mengawasi aktivitas sitoplasma.
ADN ini mengawasi aktivitas sitoplasma
dengan cara mensintesis asam ribonukleat (ARN ) dari salah satu utas molekul
AND kemudian ditranspor kedalam sitoplasma tempat sintesis protein. Ada tiga
jenis ARN yang penting dalam sintesis protein yakni ARN kurir (mRNA), ARN
pemindah (tRNA), dan ARN ribosom (rRNA). ARN kurir memindahkan molekul asam
amino kemollekul protein waktu protein disentesis, dan ARN ribosom membawa asam
amino yang dibituhkan untuk sintesis
protein tertentu.
Sintesis protein, baik protein
structural maupun enzim sangat berpengaruh terhadap inti sel, antara lain
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangbiakan organisme. Pertumbuhan organisme
disebabkan oleh bertambah besar atau bertambah banyaknya sel. Selain akibat
sintesis protein, pertumbuhan sel somatik, juga dipengaruhi oleh pembelahan
mitosis, yakni satu sel membelah menjadi dua sel anak yang mengandung jumlah
kromosom yang sama dengan sel induknya. Sedangkan pada sel-sel kelamin,
pembelahan mitosi akan diikuti dengan pembeelahan mitosis, yakni pembelahan sel
yang diikuti dengan reduksi jumlah kromosom. Jenis pembelah ini menyebabkan
sela anak hanya mewarisi setengah dari kromosom sel induk.
2. Sitoplasma
Sitoplasma terisi oleh partikel-partikel
dan organel kecil dan besar. Bagian cairan yang jernih dimana pertikel-partikel
tersebar, dinamakan hialoplasma; hialoplasma terutama mengandung protein yang
terlarut, elektolit, glukosa, dan dalam jumlah sedikit fospolipid, kolesterol
dan asam lemak teresterifikasi.
Bagian sitoplasma yang tepat dibawah
membrane sel sering mengalami gelatinasi menjadi setengah padat yang dinamakan korteks atau ektoplasma. Sedangkan sitoplasma
yang terdapat antara korteks dan membrane inti berbentuk encer dan dinamakan
endoplasma. Partikel-partikel besar yang terbesar dalam sitoplasma adalah
butir-butir lemak netral, granula glikogen, ribosom, granula sekresi dan dua
organel yang penting, mitokondria dan lisosom. Sedangkan organel penting
lainnya yang melekat pada membrane inti sel adalah reticulum endoplasma dan
kompleks golgi.
3. Membran
Sel
Pada dasarnya semua struktur fisika sel
dibatasi oleh membrane yang terutama terdiri atas lipid dan protein. Semua
membrane, baik membrane sel, inti, reticulum endoplasma, mitokondria, lisosom,
maupun kompeks golgi mempunyai struktur yang sama, yakni terdiri atas lipid,
lapisan protein dan lapisan tipis mukplolisakarida,. Protein dan
mukopolisakarida yang terdapat pada permukaan membrane membuatnya hidrofilix,
yakni air dengan mudah melekat pada membrane. Adanya lapisan mukoplolisakarida
pada permukaan luar membrane menyebabkan tegangan permukaan luar berbeda dengan
permukaan dalam, sehingga reaktivitas
kimia permukaan dalam sel berbeda dengan permukaan luarnya. Sedangkan lipid
yang terletak ditengah membrane menyebabkan membrane tidak dapat ditembus oleh
zat-zat yang tidak larut dalam lipid.
Membran sel dilengkapi pori-pori agar
zat yang tidak larut dalam lipid seperti air dan urea dapat melewati membran
sel. Pori-pori pada membrane disebabkan oleh adanya molekul protein besar yang
merusak struktur lipid membrane dan membentuk jalan dari satu sisi membrane ke
sisi lainnya. Karenanya, membrane sel tidak hanya semi perrmiabel terhadap
substansi yang mengelilinginya, tetapi juga kadang bersifat permeabel atau
impermeabel.
2.3 Organel- Organel Sel
Di dalam sel terdapat
organel- organel sel yaitu:
1.
Membran Plasma
Membran plasma atau membran sel pada sel hewan merupakan lapisan yang
paling luar yang membatasi isi sel dengan lingkungan di sekitarnya, sedangkan
membran plasma pada sel tumbuhan terdapat di antara dinding sel dengan isi sel
tersebut. Fungsi utama membran plasma, yaitu sebagai pengatur lalu lintas
berbagai zat yang keluar dan zat yang masuk dari dan ke dalam sel secara
selektif permeabel.
Dengan perbesaran yang sangat kuat dapat diketahui bahwa membran plasma terdiri dari dua lapisan. Ketebalan masing-masing lapisan antara 2,5 sampai 3,5 nm (1 nm = 10-5 mm), kedua lapisan itu dipisahkan oleh suatu lapisan terang setebal ± 3,5 nm sehingga tebal membran plasma secara keseluruhan dapat mencapai ± 10 nm.
Dengan perbesaran yang sangat kuat dapat diketahui bahwa membran plasma terdiri dari dua lapisan. Ketebalan masing-masing lapisan antara 2,5 sampai 3,5 nm (1 nm = 10-5 mm), kedua lapisan itu dipisahkan oleh suatu lapisan terang setebal ± 3,5 nm sehingga tebal membran plasma secara keseluruhan dapat mencapai ± 10 nm.
Membran sel atau membran plasma tersusun
dari dua lapisan lipoprotein, yaitu senyawa lipida yang mengandung protein.
Lipida pada membran plasma terutama berupa fosfolipida, glikolipida, dan
sterol. Setiap molekul lipid terdiri dari bagian ”kepala” berupa gliserol bersifat
hidrofilik atau mampu mengikat molekul air, dan bagian ”ekor” berupa asam lemak
yang bersifat hidrofobik atau menolak molekul air. Perbandingan protein dengan
lipida pada membran plasma bergantung pada spesies dan lingkungan hidupnya,
tetapi rata-rata kandungan protein berkisar antara setengah sampai dua pertiga
bagian dari berat kering membran plasma tersebut.
Molekul protein yang terdapat pada permukaan dalam maupun permukaan luar membran plasma disebut protein ekstrinsik atau protein perifer yang sifatnya hidrofilik. Sementara itu, molekul protein yang menembus dari permukaan dalam ke permukaan luar dinamakan protein intrinsik atauprotein integral. Bagian-bagian protein intrinsik yang terbenam di dalam lapisan lipida bersifat hidrofobik dan bagian yang mencuat ke permukaan cenderung bersifat hidrofilik. Adanya polisakarida yang terikat pada molekul-molekul protein membran plasma tersebut menambah sifat hidrofilik pada kedua permukaan membran plasma itu.
Molekul protein yang terdapat pada permukaan dalam maupun permukaan luar membran plasma disebut protein ekstrinsik atau protein perifer yang sifatnya hidrofilik. Sementara itu, molekul protein yang menembus dari permukaan dalam ke permukaan luar dinamakan protein intrinsik atauprotein integral. Bagian-bagian protein intrinsik yang terbenam di dalam lapisan lipida bersifat hidrofobik dan bagian yang mencuat ke permukaan cenderung bersifat hidrofilik. Adanya polisakarida yang terikat pada molekul-molekul protein membran plasma tersebut menambah sifat hidrofilik pada kedua permukaan membran plasma itu.
Sifat hidrofilik pada kedua sisi membran plasma menyebabkan membran plasma bersifat selektif permeabel sehingga ada molekul-molekul yang hanya dapat melewati membran dari luar ke dalam sel, atau hanya dapat melewati membran dari dalam ke luar sel saja. Namun, ada pula molekul yang dapat melewati membran dari dalam ke luar sel maupun sebaliknya. Contohnya, membran akan membiarkan substansi yang berguna, seperti O2 dan glukosa ke dalam sel. Membran juga akan membiarkan substansi yang tidak berguna, seperti CO2 untuk meninggalkan sel. Selain itu, membran akan menjaga zat racun untuk masuk ke dalam sel melalui struktur molekul yang dimilikinya.
2.
Sitoplasma
Istilah sitoplasma dipergunakan untuk
menyatakan protoplasma yang terdapat di luar nukleus. Jadi, sitoplasma meliputi
substansi yang berada di dalam sel, tetapi di luar nukleus. Sitoplasma ini
terdiri dari matriks atau sitosol yang transparan, dan sejumlah organel, yaitu
struktur yang memiliki membran pemisah terhadap matriks di sekelilingnya.
Bagian terbesar dari matriks ialah air dan selebihnya berupa zat-zat organik,
misalnya karbohidrat, lemak, dan protein serta berbagai macam zat anorganik.
Sistem koloid terdiri dari medium berupa
air dan misel, yaitu partikel-partikel yang tersebar di dalamnya. Sistem ini di
dalam sitoplasma memiliki kekentalan yang dapat berubah dari keadaan encer atau
mudah mengalir (fase sol) menjadi keadaan kental yang sulit mengalir (fase gel).
Begitu pula sebaliknya, yaitu dari fase gel menjadi fase sol. Perubahan fase
ini disebabkan berubahnya kadar air dan susunan partikel partikel di dalam
sitoplasma.
3.
Nukleus
Nukleus atau inti sel biasanya berbentuk
bundar atau oval, terletak di sekitar bagian tengah sel. Struktur yang
merupakan pusat pengendali seluruh kegiatan sel ini, memiliki dua rangkap
membran nukleus sebagai pembatas terhadap sitoplasma yang ada di sekelilingnya.
Membran ini tersusun dari lipoprotein yang sama seperti membran plasma, serta
memiliki pori-pori yang memungkinkan beberapa macam substansi dapat
melintasinya, baik dari dalam nukleus ke sitoplasma maupun sebaliknya. Matriks
di dalam nukleus disebut nukleoplasma, di dalamnya terkandung bermacam-macam
enzim yang terlarut serta kromosom dan nukleoid (tunggal: nukleolus).
Komponen utama penyusun kromosom ialah
protein dasar yang disebut histon dan asam nukleat dalam bentuk asam
deoksiribonukleat (DNA). DNA merupakan substansi genetika pembawa sifat-sifat
keturunan. Di dalam sel yang tidak sedang mengalami proses pembelahan, terdapat
kromosom yang sangat halus dan panjang yang biasa disebut sebagai kromatin.
Jumlah kromosom pada sel berbagai spesies sangat bervariasi, jumlah tersebut
umumnya tetap pada setiap spesies. Nukleolus merupakan badan yang berbentuk
bundar dan hanya tampak setelah berakhirnya proses pembelahan sel. Badan ini
berfungsi pada pembentukan jenis asam nukleat yang lain, yaitu asam ribonukleat
(RNA).
4.
Ribosom
Ribosom merupakan suatu partikel
nukleoprotein, yaitu senyawa protein dengan molekul asam ribonukleat (RNA).
Pada sel-sel eukariotik, setiap ribosom memiliki diameter berukuran sekitar 20
nm, sedangkan pada sel-sel prokariotik ukurannya lebih kecil. Sebagian organel
ini melekat pada membran retikulum endoplasma membentuk kelompok-kelompok yang
disebut polisom, sedangkan yang selebihnya tersebar bebas di dalam sitosol
bahkan kerap kali terdapat pula dalam organel lain seperti mitokondria dan
kloroplas. Organel ini berperan pada sintesis protein dan tahap-tahap sintesis
protein.
5.
Retikulum endoplasma (RE)
Retikulum endoplasma merupakan sistem
membran yang sangat luas di dalam sel. Retikulum endoplasma di bawah mikroskop
elektron, tampak seperti rongga atau tabung pipih yang saling berhubungan dan
menutupi sebagian besar sitoplasma. Membran-membran ini mempunyai struktur
lipid protein yang sama dengan membran lain dalam sel tersebut. Setiap membran
pada retikulum endoplasma memiliki satu permukaan yang menghadap sitosol dan
yang lain menghadap bagian dalam rongga tersebut. Retikulum endoplasma (RE)
dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu retikulum endoplasma kasar (RE granular)
yang banyak mengikat ribosom dan retikulum endoplasma halus (RE agranular) yang
hanya terdiri atas membran saja. Kedua macam Retikulum endoplasma ini, dapat
ditemukan di dalam satu sel yang sama. RE agranular mempunyai peranan dalam
proses sekresi sel dan sintesis lemak, fosfolipid dan steroid. Sedangkan, RE
granular berfungsi sebagai tempat sintesis protein. Di samping itu, retikulum
endoplasma juga berfungsi sebagai sistem transpor substrat dan hasil-hasil dari
sitoplasma ke luar sel dan ke nukleus.
6.
Lisosom
Lisosom termasuk organel yang sangat kecil
dibandingkan dengan organel lain, umumnya berdiameter antara 0,2 sampai 0,5 nm.
Organel ini dihasilkan oleh badan golgi dan banyak tersebar di dalam sitoplasma
sel-sel hewan, terutama pada sel-sel kelenjar, dan sel-sel darah putih yang
bersifat fagosit, juga terdapat pada jamur dan protista.
Di dalam lisosom terdapat bermacam-macam
enzim hidrolitik yang berperan dalam pencernaan intraseluler sebagai pengurai
berbagai substansi di dalam sel. Substansi tersebut sebagian berasal dari luar,
misalnya polisakarida, lemak, dan protein termasuk juga bakteri yang ditangkap
secara fagosit. Sebagian lagi substansi tersebut berupa organel-organel yang
sudah tidak terpakai, bahkan sel-sel yang rusak atau mati. Dengan demikian,
bahan-bahannya dapat dimanfaatkan kembali untuk pertumbuhan sel-sel yang baru.
7.
Mitokondria
Mitokondria berbentuk bulat, lonjong, atau
batang dengan diameter berkisar antara 0,5 – 1,0 nm dan panjang antara 1 – 2
nm. Organel ini terdapat pada semua sel eukariotik dengan jumlah beragam. Pada
sel yang aktivitasnya tinggi seperti sel saraf dan sel otot, didapatkan
mitokondria dalam jumlah ratusan sampai ribuan. Pada ganggang, Chlorella misalnya
hanya terdapat sebuah mitokondria berukuran besar yang bercabang-cabang,
sedangkan pada sel darah merah tidak terdapat mitokondria. Mitokondria memiliki
dua lapis membran, yaitu membran dalam dan membran luar. Membran dalam memiliki
lipatan-lipatan ke arah dalam yang disebut krista dan berfungsi pada proses
respirasi sel. Pada proses respirasi sel ini, permukaan membran dalam akan
bertambah luas. Membran dalam diselaputi oleh membran luar yang strukturnya
sama dengan membran plasma dan berperan sebagai pengatur keluar masuknya zat-zat
kimia dari dan ke dalam sel.
Matriks dibungkus oleh membran dan
mengandung DNA dan ribosom sehingga di dalam mitokondria dapat berlangsung
proses sintesis protein. Namun, fungsi utama organel ini adalah sebagai tempat
berlangsungnya proses respirasi sel. Di dalam matriksnya terdapat
bermacam-macam enzim yang mengendalikan tahap-tahap reaksi respirasi sel.
8.
Kloroplas
Kloroplas merupakan salah satu bentuk
plastida, yaitu organel yang terbungkus oleh dua lapis membran dan mengandung
pigmen yang sebagian besar merupakan klorofil atau zat hijau daun. Selain itu,
di dalam kloroplas terdapat pula pigmen-pigmen lainnya yang tergolong
karotenoid, yaitu karioten yang memberikan warna jingga dan xantofil untuk
warna kuning. Bentuk kloroplas menyerupai cakram dengan diameter 5 – 10 nm dan
ketebalan antara 2 – 4 nm. Organel ini dijumpai pada sel-sel fotosintesis
tumbuhan dan beberapa jenis ganggang. Di dalam membran pembungkus kloroplas
terdapat grana (tunggal: granum), yaitu tumpukan kantung-kantung yang
masing-masing berisi pigmen klorofil, karotenoid, juga protein dan lemak.
Setiap kantung disebut tilakoid dan yang
lebih panjang ada di antaranya, yaitu tilakoid stroma, menghubungkan grana yang
satu dengan grana yang lain. Seluruh grana tersebut terbenam di dalam stroma,
yaitu bahan dasar yang bening dan banyak mengandung enzim-enzim pembentuk
karbohidrat, terdapat pula sedikit DNA, RNA, dan ribosom.
9.
Badan Mikro
Organel yang dibatasi oleh selapis membran
ini berbentuk bulat dengan diameter berkisar antara 0,5 mm sampai 1,5 mm. Badan
mikro merupakan organel yang dihasilkan dari retikulum endoplasma dan tidak
memiliki struktur dalam. Terdapat dua macam badan mikro yang penting, yaitu
peroksisom dan glioksisom.
Peroksisom merupakan organel yang pada tumbuhan terdapat di dalam jaringan fotosintesis dan berhubungan langsung dengan kloroplas, sedangkan pada hewan terdapat di dalam selsel hati dan ginjal. Organel ini mengandung beberapa enzim metabolisme seperti enzim asam glikosilat dan H2O2 (hidrogen peroksida) yang berfungsi pada rangkaian fotorespirasi sel tumbuhan. Hidrogen peroksida yang dihasilkan dari beberapa reaksi biokimia di dalam sel tumbuhan maupun hewan ini bersifat racun. Selanjutnya, akan diuraikan oleh enzim katalase yang juga terdapat di dalam peroksisom menjadi senyawa yang tidak beracun. Glioksisom berisi enzim yang berfungsi untuk menguraikan molekul-molekul lemak menjadi karbohidrat selama perkecambahan, dalam reaksi ini pun dihasilkan H2O2 yang akan diuraikan oleh enzim katalase.
Peroksisom merupakan organel yang pada tumbuhan terdapat di dalam jaringan fotosintesis dan berhubungan langsung dengan kloroplas, sedangkan pada hewan terdapat di dalam selsel hati dan ginjal. Organel ini mengandung beberapa enzim metabolisme seperti enzim asam glikosilat dan H2O2 (hidrogen peroksida) yang berfungsi pada rangkaian fotorespirasi sel tumbuhan. Hidrogen peroksida yang dihasilkan dari beberapa reaksi biokimia di dalam sel tumbuhan maupun hewan ini bersifat racun. Selanjutnya, akan diuraikan oleh enzim katalase yang juga terdapat di dalam peroksisom menjadi senyawa yang tidak beracun. Glioksisom berisi enzim yang berfungsi untuk menguraikan molekul-molekul lemak menjadi karbohidrat selama perkecambahan, dalam reaksi ini pun dihasilkan H2O2 yang akan diuraikan oleh enzim katalase.
10. Sitoskeleton
Sitoskeleton berfungsi sebagai rangka pada
sel seperti halnya rangka pada tubuh manusia. Sitoskeleton memberikan bentuk
pada sel dan membantu pengangkutan bahan-bahan di dalam sel. Sitoskeleton
terbagi menjadi tiga jenis, yaitu mikrotubul, mikrofilamen, dan filamen
intermediat.
a.
Mikrotubul
Mikrotubul (jamak =
mikrotubula) terdapat pada sel-sel hewan maupun sel tumbuhan berupa silinder
atau tabung yang tidak bercabang-cabang, panjangnya mencapai beberapa
mikrometer (mm) dengan diameter luar ± 25 nm dan diameter dalam 12 nm. Organel
ini tersusun dari molekul-molekul protein tubulin yang terangkai dalam susunan
heliks (terpilin) membentuk dinding silinder berongga. Pada irisan melintang
mikrotubul tampak penampang lintangnya terdiri dari 13 subunit yang merupakan
bagian dari 13 benang-benang tubulin. Mikrotubul bersifat kaku dan berperan sebagai
rangka dalam sel (sitoskeleton) yang memberi bentuk sel. Peranan lainnya adalah
membantu pengangkutan bahanbahan di dalam sel, serta merupakan komponen utama
yang membangun silia, flagel, dan benang-benang gelendong inti selama
berlangsungnya pembelahan sel.
b.
Mikrofilamen
Mikrofilamen merupakan
benang-benang halus dengan diameter berkisar antara 5 sampai 7 nm.
Benang-benang ini tersusun dari protein aktin. Selain itu, terdapat juga
protein pada kontraksi otot seperti yang terlihat pada gambar. Mikrofilamen
juga berperan dalam pembentukan kaki semu pada protista dan jamur lendir.
c.
Filamen
Intermediat
Bahan-bahan yang
menyusun filamen intermediat adalah keratin. Keratin merupakan protein
berbentuk serabut yang menggulung-gulung. Filamen intermediat berfungsi sebagai
penahan tegangan dan memberikan bentuk sel. Selain itu, filamen intermediat
juga berfungsi sebagai jangkar bagi organel dan nukleus.
11. Badan Golgi
Kita dapat mengatakan golgi sebagai pusat
produksi, pergudangan, penyortiran, dan pengiriman. Di sini, produk RE
dimodifikasi dan disimpan, kemudian dikirim ke tujuan lain. Oleh karena itu,
aparatus golgi sangat banyak ditemukan pada sel yang terspesialisasi untuk sekretori,
misalnya sel-sel kelenjar pencernaan, sel-sel kelenjar pankreas, kelenjar air
ludah, dan kelenjar air mata. Badan golgi bertugas melakukan modifikasi produk
kiriman RE sebelum digunakan di dalam atau di luar sel. Salah satu modifikasi
yang dilakukan oleh golgi, yaitu glikosilasi yang merupakan modifikasi protein.
Glikosilasi menghasilkan oligosakarida yang khas sebagai penanda protein yang
akan masuk ke dalam sel.
2.4 Perbedaan Sel Hewan dan Sel Tumbuhan
|
Tabel Perbedaan Sel Hewan
dan Sel Tumbuhan
Perbedaan
|
Sel hewan
|
Sel Tumbuhan
|
Bentuk Sel
|
Berbagai macam, dapat
berubah ubah bentuk dan tidak kaku
|
Bentuk sel tumbuhan
kaku, jarang berubah bentuk kecuali derivat sel.
|
Ukuran Sel
|
Kecil
|
Besar
|
Dinding Sel
|
Tidak ada
|
Ada
|
Inti Sel
|
Ada
|
Ada
|
Matriks Ekstraselular
|
Ada
|
Tidak ada
|
Lisosom
|
Umumnya banyak
terdapat dalam sel hewan
|
Jarang ditemukan
|
Peroksisom
|
Ada
|
Ada
|
Glioksisom
|
Tidak ada/Jarang
|
Ada
|
Elastisitas jaringan
|
Tinggi, tidak adanya
dinding sel
|
Rendah, karena adanya
dinding sel
|
Letak Inti Sel
|
Berada di tengah sel
|
Berada di pheriperal
sitoplasma
|
Sentrosom/Sentriol
|
Ada
|
Tidak ada / Jarang
ditemukan
|
Organel Respirasi
|
Mitokondria
|
Kloroplast (plastida)
dan mitokondria
|
Vakuola sel
|
Kecil dan banyak
|
Tunggal akan tetapi
sangat besar
|
Silia
|
Sering ditemukan
|
Sangat jarang
|
Flagela
|
Sering ditemukan
|
Jarang, hanya pada
sperma tumbuhan tertentu
|
Pembentukan Spindle
|
Secara Amphiastral
|
Secara anastral
|
Sitokinesis sel
|
Membentuk furrowing
|
Membentuk lempeng
mitosis
|
Ketahanan Tekanan
|
Lemah tanpa vakuola
kontraktil
|
Kuat karena dinding
sel
|
Tingkat Totipotensi
|
Rendah
|
Sangat tinggi
|
Sambungan antar sel
|
Desmosome, Tight
junction
|
Plasmodesmata
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar