MAKALAH
ASUHAN
KEBIDANAN
“Hiperemesis Gravidarum Pada Ibu Hamil”
Dosen
Pembimbing : Dewi Setyaningsih, S.ST, M.Kes
Disusun
Oleh :
Kelompok
3
PROGRAM
D4 BIDAN PENDIDIK
FAKULTAS
ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS
RESPATI RESPATI YOGYAKARTA
TAHUN
2017
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan
puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Asuhan Kebidanan. Adapun makalah
ini mengenai Hiperemesis Gravidarum.
Kami menyadari bahwa
dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan
karena faktor keterbatasan pengetahuan dari penyusun, maka kami dengan senang
hati menerima kritikan serta saran – saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, melalui
kesempatan ini kami,penyusun makalah mengucapkan banyak
terima kasih.
Yogyakarta, 25 Februari 2017
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Kata pengantar………………………………………………………i
Daftar isi……………………………………………………………..ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A.
Latar belakang…………………………………………………...1
B.
Tujuan penulisan………………………………………………...1
C.
Manfaat penulisan……………………………………………….2
BAB II TINJAUAN TEORI
A.
Pengertian hiperemesis gravidarum……………………………..3
B.
Etiologi hiperemesis gravidarum………………………………..3
C.
Patofisiologi hiperemesis gravidarum…………………………..4
D.
Diagnosis hiperemesis gravidarum……………………………..4
E.
Jenis hiperemesis gravidarum…………………………………..4
F.
Pencegahan hiperemesis gravidarum…………………………...6
G.
Penatalaksanaan hiperemesis gravidarum……………………...6
H.
Prognosis hiperemesis gravidarum ……………………………..8
I.
Komplikasi hiperemesis gravidarum…………………………...8
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan……………………………………………………..9
B.
Saran……………………………………………………………9
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………..10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mual
(nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan sering
kedapatan pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari,
tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala – gejala ini kurang
lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung
selama kurang lebih 10 minggu. Mual dan muntah terjadi pada 60 – 80% primi
gravida dan 40 – 60% multi gravida. Satu diantara seribu kehamilan, gejala –
gejala ini menjadi lebih berat.Perasaan mual ini desebabkan oleh karena
meningkatnya kadar hormon estrogen dan HCG (Human Chorionic Gonadrotropin)
dalam serum. Pengaruh Fisiologik kenaikan hormon ini belum jelas, mungkin
karena sistem saraf pusat atau pengosongan lambung yang berkurang. Pada umumnya
wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini, meskipun demikian gejala mual dan
muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4 bulan. Pekerjaan sehari – hari
menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. Keadaan inilah yang disebut
hiperemesis gravidarum. Keluhan gejala dan perubahan fisiologis menentukan
berat ringannya penyakit. (Prawirohardjo, 2002)
B. Tujuan Penulisan
Tujuan umum :
Memberikan pengetahuan
kepada masyarakat tentang hiperemesis gravidarum yaitu mual muntah yang
berlebihan sehingga mengganggu aktifitas sehari-hari.
Tujuan khusus :
1. Untuk mengetahui pengertian hiperemesis gravidarum
2. Untuk mengetahui etiologi hiperemesis gravidarum
3. Untuk mengetahui patofisiologi hiperemesis gravidarum
4. Untuk mengetahui diagnosis hiperemesis gravidarum
5. Untuk mengetahui klasifikasi hiperemesis gravidarum
6. Untuk mengetahui pencegahan hiperemesis gravidarum
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan hiperemesis gravidarum
2. Untuk mengetahui etiologi hiperemesis gravidarum
3. Untuk mengetahui patofisiologi hiperemesis gravidarum
4. Untuk mengetahui diagnosis hiperemesis gravidarum
5. Untuk mengetahui klasifikasi hiperemesis gravidarum
6. Untuk mengetahui pencegahan hiperemesis gravidarum
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan hiperemesis gravidarum
8. Untuk mengetahui prognosis hiperemesis gravidarum
9. Untuk mengetahui komplikasi hiperemesis gravidarum
C. Manfaat Penulisan
1.
Mahasiswa
Diharapkan mahasisiwi kebidanan untuk mengerti dan memahami
tentang hiperemesis gravidarum sehingga dapat melakukan pencegahan dan
penatalaksanaan pada ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum.
2. Masyarakat
Diharapkan masyarakat mengerti dan memahami tentang hiperemesis
gravidarum sehingga menambah wawasan.
3.
Tenaga Kesehatan
Diharapkan tenaga kesehatan mengerti dan memahami tentang hiperemesis
gravidarum sehingga dapat melakukan pencegahan dan penatalaksanaan pada ibu
hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Hiperemesis gravidarum
adalah mual dan muntah yang berlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu
pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk,karena terjadi
dehidrasi (Mochtar,1998)
Hiperemesis gravidarum
adalah keadaan dimana penderita mual dan muntah lebih dari 10 kali dalam 24
jam,sehingga mengganggu kesehatan dan pekerjaan sehari-hari (Arief.B, 2009)
Hiperemesis gravidarum adalah mual – muntah
berlebihan sehingga menimbulkan gangguan aktivitas sehari – hari dan bahkan
membahayakan hidupnya. (Manuaba, 2001)
B. Etiologi
Penyebab Hiperemesis gravidarum belum diketahui
secara pasti
Beberapa faktor predisposisi yang ditemukan :
1. Sering terjadi pada primigravida, mola
hidatidosa dan kehamilan ganda hal ini menimbulkan dugaan bahwa
faktor hormon memegang peranan, karena pada kedua keadaan tersebut hormon
Khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan
2. Faktor organik,karena masuknya vili
khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat hamil serta
resistensi yang menurun dari pihak ibu tehadap perubahan ini.Alergi juga
disebut sebagai salah satu faktor organik karena sebagai salah satu respon dari
jaringan.ibu terhadap anak
3. Faktor psikologik memegang peranan yang
penting pada penyakit ini walaupun hubungannya dengan terjadinya hiperemesis
gravidarum belum diketahui dengan pasti,takut terhadap kehamilan dan
persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan
konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah. Tidak jarang dengan
memberikan suasana yang baru sudah dapat membantu mengurangi frekwensi muntah
klien.
C. Patofisiologi
Hiperemesis gravidarum
dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk
keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah ketosis.
Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan
dehidrasi, sehmgga cairan ekstraselurer dan plasma berkurang. Natrium dan
klorida darah turun, demikian pula klorida air kemih. Selain itu dehidrasi
menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal
ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan berkurang pula dan
tertimbunlah zat metabolik yang toksik. Kekurangan Kalium sebagai akibat dari
muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal, bertambahnya frekuensi
muntah-muntah yang lebih banyak, dapat merusak hati.
D. Diagnosa
1. Anamnesa :
Amenore, tanda kehamilan muda,muntah terus menerus
2. Pemeriksaan
fisik : KU = lemah
a. Kesadaran= apatis
sampai koma
b. Nadi >100 x/menit
c. Tekanan darah
menurun
d. Suhu meningkat
3. Pemeriksaan
penunjang : Kadar Na dan Cl turun
E. Klasifikasi
Hiperemesis
gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat dibagi dalam 3 (tiga)
tingkatan yaitu :
1. Tingkat I
a. Muntah terus menerus sehingga menimbulkan :
1) Dehidrasi : turgor kulit turun
2) Nafsu makan berkurang
3) Berat badan turun
4) Mata cekung dan lidah kering
b. Epigastrium nyeri karena asam lambung meningkat dan terjadi regurgitasi ke esofagus
c. Nadi meningkat dan tekanan darah turun
d. Frekuensi nadi sekitar 100 kali/menit
e. Tampak lemah dan lemas
1) Dehidrasi : turgor kulit turun
2) Nafsu makan berkurang
3) Berat badan turun
4) Mata cekung dan lidah kering
b. Epigastrium nyeri karena asam lambung meningkat dan terjadi regurgitasi ke esofagus
c. Nadi meningkat dan tekanan darah turun
d. Frekuensi nadi sekitar 100 kali/menit
e. Tampak lemah dan lemas
2. Tingkat II
a. Dehidrasi semakin meningkat akibatnya :
1) Turgor kulit makin turun
2) Lidah kering dan kotor
3) Mata tampak cekung dan sedikit ikteris
b. Kardiovaskuler
1) Frekuensi nadi semakin cepat > 100 kali/menit
2) Nadi kecil karena volume darah turun
3) Suhu badan meningkat
4) Tekanan darah turun
c. Liver
Fungsi hati terganggu sehingga menimbulkan ikterus
d. Ginjal
Dehidrasi menimbulkan gangguan fungsi ginjal yang yang menyebabkan :
1) Oliguria
2) Anuria
3) Terdapat timbunan benda keton aseton.Aseton dapat tercium dalam hawa pernafasan
e. Kadang – kadang muntah bercampur darah akibat ruptur esofagus dan pecahnya mukosa lambung pada sindrom mallory weiss.
1) Turgor kulit makin turun
2) Lidah kering dan kotor
3) Mata tampak cekung dan sedikit ikteris
b. Kardiovaskuler
1) Frekuensi nadi semakin cepat > 100 kali/menit
2) Nadi kecil karena volume darah turun
3) Suhu badan meningkat
4) Tekanan darah turun
c. Liver
Fungsi hati terganggu sehingga menimbulkan ikterus
d. Ginjal
Dehidrasi menimbulkan gangguan fungsi ginjal yang yang menyebabkan :
1) Oliguria
2) Anuria
3) Terdapat timbunan benda keton aseton.Aseton dapat tercium dalam hawa pernafasan
e. Kadang – kadang muntah bercampur darah akibat ruptur esofagus dan pecahnya mukosa lambung pada sindrom mallory weiss.
3. Tingkat III
a. Keadaan umum lebih parah
b. Muntah berhenti
c. Sindrom mallory weiss
d. Keadaan kesadran makin menurun hingga mencapai somnollen atau koma
e. Terdapat ensefalopati werniche :
1) Nistagmus
2) Diplopia
3) Gangguan mental
f. Kardiovaskuler
Nadi kecil, tekanan darh menurun, dan temperatur meningkat
g. Gastrointestinal
1) Ikterus semakin berat
2) Terdapat timbunan aseton yang makin tinggi dengan bau yang makin tajam
h. Ginjal
Oliguria semakin parah dan menjadi anuria
b. Muntah berhenti
c. Sindrom mallory weiss
d. Keadaan kesadran makin menurun hingga mencapai somnollen atau koma
e. Terdapat ensefalopati werniche :
1) Nistagmus
2) Diplopia
3) Gangguan mental
f. Kardiovaskuler
Nadi kecil, tekanan darh menurun, dan temperatur meningkat
g. Gastrointestinal
1) Ikterus semakin berat
2) Terdapat timbunan aseton yang makin tinggi dengan bau yang makin tajam
h. Ginjal
Oliguria semakin parah dan menjadi anuria
F. Pencegahan
Prinsip pencegahan untuk mengobati emesis agar
tidak menjadi hiperemesis adalah :
1. Penerapan bahwa kehamilan dan
persalinan adalah proses fisiologi
2. Makan sedikit tapi sering dengan
(makanan kering)
3. Hindari makanan berminyak dan berbau
4. Defekasi teratur
G. Penatalaksanaan
1. Obat-obatan
Sedativa yang sering
digunakan adalah Luminal. Vitamin yang dianjurkan Vitamin B1 dan B6 Keadaan
yang lebih berat diberikan antiemetik sepertiAvopreg,Avomin. Anti histamin ini
juga dianjurkan seperti Dramamin, Avomin. Antasida
2. Isolasi
Penderita disendirikan
dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan peredaran udara yang baik..
Kadang-kadang dengan isolasi saja gejaia-gejala akan berkurang atau hilang
tanpa pengobatan.
3. Terapi psikologik
Perlu diyakinkan pada penderita
bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan,
kurangi pekerjaan yang serta menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya
dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
4. Cairan parenteral
Berikan cairan-
parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan Glukosa 5%
dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter per hari. Bila perlu dapat
ditambah Kalium dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C. Bila
ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara intra vena.
5. Penghentian kehamilan
Pada sebagian kecil
kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan mengadakan
pemeriksaan medik dan psikiatri bila keadaan memburuk. Delirium, kebutaan,
tachikardi, ikterus anuria dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi
organik. Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri
kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus terapeutik sering sulit diambil,
oleh karena di satu pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain
pihak tak boleh menunggu sampai terjadi gejala ireversibel pada organ vital.
6. Diet
a. Diet hiperemesis I diberikan pada
hiperemesis tingkat III.
Makanan hanya berupa roti kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1 — 2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang dalam semua zat – zat gizi, kecuali vitamin C, karena itu hanya diberikan selama beberapa hari.
Makanan hanya berupa roti kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1 — 2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang dalam semua zat – zat gizi, kecuali vitamin C, karena itu hanya diberikan selama beberapa hari.
b. Diet hiperemesis II diberikan bila rasa
mual dan muntah
berkurang. Secara
berangsur mulai diberikan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak
diberikan bersama makanan . Makanan ini rendah dalam semua zat-zat gizi kecuali
vitamin A dan D.
c. Diet hiperemesis III diberikan kepada
penderita dengan hiperemesis
ringan. Menurut
kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan ini
cukup dalam semua zat gizi kecuali Kalsium.
H. Prognosis
Dengan penanganan yang baik, prognosis sangat
memuaskan. Namun, pada tingkat yang berat dapat menyebabkan kematian ibu dan
janin.
I. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi akibat hiperemesis
gravidarum alntara lain:
a. Komplikasi ringan:
Kehilangan
berat badan, dehodrasi, asidosis dari kekurangan gizi, alkalosis, hipokalemia,
kelemahan otot, kelainan elektrokardiografik, tetani, dan gagguan psikologis.
b. Komplikasi yang mengancam
kehidupan:
Rupture
oesophageal berkaitan dengan muntah yang berat, encephalophaty wernicke’s,
mielinolisis pusat pontine, retinal haemorage, kerusakan ginjal, pneumomediastinum
secara spontan, keterlambatan pertumbuhan didalam kandungan, dan kematian
janin.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari
uraian makalah ini dapat ditarik kesimpulan:
1.Pengertian
Hiperemesis gravidarum adalah keadaan dimana penderita mual dan
muntah lebih dari 10 kali dalam 24 jam,sehingga mengganggu kesehatan dan
pekerjaan sehari-hari (Arief.B, 2009)
2. Diagnosa
a. Anamnesa : Amenore, tanda kehamilan
muda,muntah terus menerus
b. Pemeriksaan fisik : KU = lemah
Kesadaran=
apatis sampai koma
Nadi
>100 x/menit
Tekanan
darah menurun
Suhu
meningkat
c. Pemeriksaan penunjang
: Kadar Na dan Cl turun
3. Penatalaksanaan
Obat-obatan, Isolasi, Terapi psikologik,
Cairan parenteral, Penghentian kehamilan, Diet.
B.
Saran
Diharapkan mahasisiwi
kebidanan untuk mengerti dan memahami tentang hiperemesis gravidarum sehingga
dapat melakukan pencegahan dan penatalaksanaan pada ibu hamil yang mengalami
hiperemesis gravidarum.
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer,Arif dkk : Kapita Selekta
Kedokteran.Jakarta,2001
Depkes.2004.http:\\www.Ministry of Health,
Republik Indonesia.com
Suryati Romauli,2009, Kesehatan Reproduksi
Buat mahasiswi Kebidanan, Nuha Medika : Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar