Makalah Psikologi
Tentang Cara Mengatasi Gangguan Psikolog Pada Masa Kehamilan
Di Susun Oleh :
Kelompok : I ( Satu )
Anggota :
Eka Putri Ayu (16140198 )
Yunia Sari (16140200 )
Listiana
Dia Ayu Sholihah (16140123)
Serly Anjelina (16140175 )
Anggika
Indah Permatasari (16140121) Desiani Puteri Darmawanti ( 16140197)
Hemmy Setia Jati (16140128
)
Palagia
Theisya susi ( 16140117)
Andini
Maulidia (16140163 )
Katarina
Devi (16140125 )
Notin Lolita (16140148 )
Yulia Yunara
Seran (16140210 )
RR.Asyifa
Arum (16150149)
Erika Nur
Fitriana (16140215)
Yunita
Santi Lalo (16140216 )
Ria Abdah Sari (16140207
)
Sri Wahyuni ( 16150148)
Ika
Kelas : B.13.2
PROGRAM STUDI
D.IV BIDAN PENDIDIK
FAKULTAS ILMU
KESEHATAN
UNIVERSITAS
RESPATI YOGYAKARTA
TAHUN 2016 /
2017
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur
kehadirat Allah SWT, dimana atas segala rahmat dan izin-nya, saya dapat
menyelesaikan makalah tentang Tentang Cara Mengatasi Gangguan
Psikolog Pada Masa Kehamilan.
Shalawat
serta salam tak lupa penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi semesta alam
Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman.
Alhamdulillah,
saya dapat menyelesaikan makalah ini, walaupun penulis menyadari bahwa masih
banyak kekurangan dan kesalahan didalam makalah ini. Untuk itu saya berharap
adanya kritik dan saran yang membangun guna keberhasilan penulisan yang akan
datang.
Akhir kata,
saya mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
hingga terselesainya makalah ini semoga segala upaya yang telah dicurahkan
mendapat berkah dari Allah SWT. Amin.
Yogyakarta,
10 April 2017
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………….……………………………………………………....2
DAFTAR ISI…………….…………………………………………………………………...3
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang………………………………………………….......…......…..…....4
B.
Rumusan
Masalah………….…………..………………………......………...…….4
C.
Tujuan penulisan…………...........………………….……………......………....…4
BAB II PEMBAHASAN
.2.1 Keadaan dan ketegangan emosi ibu...........................................................5
2.2 Perubahan dan Adaptasi Psikologis Ibu ......................................................6
2.3
Gangguan Psikologis pada Kehamilan........................................................8
2.4 Peran Bidan Dalam Mengatasi Gangguan Psikologi Pada Masa
Kehamilan...............................................................................................10
Kehamilan...............................................................................................10
2.5 Dukungan Psikososial dan sumber – sumber dukungan
social....................12
2.6 Contoh kasus
dan penyelesaian dalam bentuk SOAP...................................13
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................................15
B. Saran...........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….............15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehamilan adalah periode
krisis yang akan
berakhir dengan lahirnya seorang bayi dan merupakan episode
dramatis dari kondisi biologis maupun psikologis yang tentu membutuhkan adanya adaptasi. Selama kehamilan wanita akan mengalami banyak perubahan
baik fisik maupun psikologis. Emosi
ibu yang sedang
hamil cenderung labil. Reaksi yang ditunjukkan terhadap kehamilan juga dapat berubah-ubah. Perubahan fisik dan psikologis yang kompleks memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola
hidup dengan proses kehamilan yang terjadi. Persoalan dalam kehamilan itu sendiri dapat menjadi pencetus reaksi emosional yang ringan hingga
tingkat tinggi sehingga
berujung
pada gangguan jiwa yang berat.
Secara umum, semua emosi yang dirasakan oleh wanita hamil cukup labil, Ia dapat memiliki reaksi yang ekstrem
dan suasana hatinya kerap berubah dengan cepat. Reaksi emosional dan persepsi mengenai kehidupan juga
dapat mengalami perubahan. Ia menjadi sangat sensitif dan cenderung akan bereaksi berlebihan.Wanita hamil memiliki
kondisi sangat rapuh. Mereka
sangat takut akan kematian baik pada dirinya
sendiri maupun pada bayinya. Mereka cemas akan hal hal yang tidak dipahami karena mereka
merasa tidak dapat mengendalikan tubuhnya dan kehidupan yang mereka jalani sedang
berada dalam suatu proses yang tidak dapat berubah kembali. Hal ini membuat sebagian besar wanita menjadi tergantung dan beberapa
lainnya menjadi
lebih menuntut.
1.2 Rumusan Masalah
a.
Bagaimana keadaan dan ketegangan emosi
ibu pada masa kehamilan ?
b. Bagaimana perubahan dan adaptasi psikologis ibu hamil ?
c. Bagaimana gangguan psikologis pada kehamilan ?
d. Bagaimana cara
mencegah dan mengatasi rasa tertekan
pada masa kehamilan ?
e. Siapa saja yang bisa menjadi sumber-sumber dukungan psikososial ?
1.3 Tujuan Makalah
a.Untuk mengetahui dan memahami keadaan dan ketegangan emosi ibu.
b.Untuk mengetahui dan memahami perubahan dan adaptasi psikologis
ibu hamil.
ibu hamil.
c. Untuk mengetahui dan memahami gangguan psikologis pada kehamilan.
d. Untuk mengetahui dan memahami mencegah dan mengatasi rasa tertekan pada masa kehamilan.
e. Untuk mengetahui dan memahami sumber-sumber dukungan psikososial.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Keadaan dan ketegangan emosi ibu
Keadaan emosional
ibu selama kehamilan juga
mempunyai pengaruh yang besar terhadap
perkembangan perinatal, karena ketika seorang ibu hamil mengalami ketakutan, kecemasan, stres, dan emosi lain yang mendalam maka terjadi perubahan psikologis. Ibu yang mengalami kecemasan berat dan berkepanjangan sebelum atau selama kehamilan, kemungkinan dapat mempersulit persalinan
ibu. Maka perlunya dukungan psikososial
untuk ibu selama kehamilan sangat penting dikarenakan dukungan dapat memotivasi dan memberi rasa
tenang ibu selama kehamilan. Perubahan emosional pada trimester I adalah penurunan kemauan seksual karena letih dan mual, perubahan suasana hati seperti depresi atau khawatir,
ibu mulai
berpikir mengenai bayi dan kesejahteraannya dan kekhawatiran pada bentuk penampilan
diri yang kurang menarik.
Perubahan emosional pada trimester
II adalah terjadi pada bulan kelima kehamilan, terasa nyata karena bayi sudah mulai bergerak sehingga dia mulai memerhatikan bayi dan memikirkan apakah bayinya akan dilahirkan sehat. Rasa cemas ibu hamil akan terus meningkat seiring bertambah usia kehamilannya.
Perubahan emosional pada trimester III adalah terutama pada bulan-bulan terakhir kehamilan biasanya gembira bercampur takut karena
kehamilan telah mendekati persalinan. Kekhawatiran ibu hamil biasanya seperti apa yang akan
terjadi pada saat melahirkan, apakah bayi lahir sehat dan tugas-tugas apa yang dilakukan setelah kelahiran. Pemikiran dan perasaan
seperti ini sangat biasa terjadi pada ibu hamil. Sebaiknya kecemasan seperti
ini dikemukakan istri kepada suaminya dan sebaiknya suami
lebih memperhatikan dan peka terhadap perasaan
dan kondisi istrinya.
2.2 Perubahan dan Adaptasi Psikologis Ibu Hamil
a.
Perubahan dan Adaptasi Psikologis Ibu Hamil Trimester I
Awal kehamilan,
ibu akan membenci perubahan yang terjadi pada dirinya.
Merasa kecewa, terjadi penolakan, kecemasan, dan kesedihan. Perubahan psikologi pada trimester awal
ini menekankan untuk mencapai peran sebagai
ibu. Tercapai peran ibu memerlukan proses belajar melalui serangkaian aktivitas.
Stres yang terjadi pada kehamilan trimester awal ada dua tipe stres, yaitu stres negatif dan positif. Kedua
stres ini dapat mengganggu
dan mempengaruhi reaksi
individu. Ada pula yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik. Stres intrinsik berhubungan dengan tujuan individu, yang mana seorang individu akan membuat
sesempurna mungkin tujuan hidupnya, baik dalam kehidupan pribadi ataupun dalam kehidupan sosialnya secara profesional. Stres ekstrinsik muncul karena faktor eksternal seperti rasa sakit, kehilangan, kesendirian, dan masa reproduksi.
b. Perubahan dan Adaptasi Psikologis
Ibu Hamil Trimester
II
Terdapat perubahan psikologis pada kehamilan trimester kedua, yaitu:
1.Fase Prequeckning. Selama akhir trimester pertama dan prequeckning pada semester kedua, ibu hamil mengevaluasi kambali hubungannya dan segala aspek di dalamnya dengan orang tuanya yang telah terjadi dan akan menjadi dasar bagaimana ia mengembangkan hubungan dengan anak yang akan dilahirkan. Namun bila menemukan adanya sikap yang negatif, maka ibu hamil akan menolaknya. Perasaan menolak terhadap sikap negatif ibunya akan menyebabkan rasa bersalah pada ibunya. Kecuali bila ibu hamil menyadari bahwa hal tersebut normal karena ia sedang mengembangkan identitas keibuannya. Proses yang terjadi pada pengevaluasian kembali ini adalah perubahan identitas dan penerima kasih sayang menjadi pemberi kasih sayang (persiapan untuk menjadi ibu). Transisi ini memberikan pengertian yang jelas bagi ibu hamil untuk mempersiapkan dirinya sebagai ibu yang akan memberi kasih sayang kepada anaknya. Trimester kedua akan dikatakan sebagai periode pancaran kesehatan disebabkan selama trimester ini wanita umunya merasa baik dan terbebas dari ketidaknyamanan kehamilan
1.Fase Prequeckning. Selama akhir trimester pertama dan prequeckning pada semester kedua, ibu hamil mengevaluasi kambali hubungannya dan segala aspek di dalamnya dengan orang tuanya yang telah terjadi dan akan menjadi dasar bagaimana ia mengembangkan hubungan dengan anak yang akan dilahirkan. Namun bila menemukan adanya sikap yang negatif, maka ibu hamil akan menolaknya. Perasaan menolak terhadap sikap negatif ibunya akan menyebabkan rasa bersalah pada ibunya. Kecuali bila ibu hamil menyadari bahwa hal tersebut normal karena ia sedang mengembangkan identitas keibuannya. Proses yang terjadi pada pengevaluasian kembali ini adalah perubahan identitas dan penerima kasih sayang menjadi pemberi kasih sayang (persiapan untuk menjadi ibu). Transisi ini memberikan pengertian yang jelas bagi ibu hamil untuk mempersiapkan dirinya sebagai ibu yang akan memberi kasih sayang kepada anaknya. Trimester kedua akan dikatakan sebagai periode pancaran kesehatan disebabkan selama trimester ini wanita umunya merasa baik dan terbebas dari ketidaknyamanan kehamilan
2. Fase Postqueckning. Setelah
ibu merasakan queckning, identitas keibuan yang muncul.
Ibuhamil akan fokus
pada kehamilan dan persiapan untuk menyambut lahirnya sang bayi. perubahan ini mungkin akan menyebabkan
sebagian wanita menangis dan bersedih karena ia akan meninggalkan fase kehamilannya. Terutama bagi ibu yang hamil pertama dan para wanita karir yang sedang hamil. Pada wanita multigravida, peran baru dengan anaknya
yang lain dan bagaimana nanti bila ia harus meninggalkan rumah untuk proses persalinan. Pergerakan yang dirasakan dapat membantu ibu dalam membangun konsep
bahwa bayinya adalah individu
yang
terpisah dengannya. Hal ini menyebabkan fokus
pada bayinya.
c. Perubahan dan Adaptasi Psikologis
Ibu Hamil Trimester
III
Seorang ibu mungkin akan merasa takut dengan kelahiran yang akan dilaluinya. Ia mungkin sudah merasa takut akan rasa takut dan bahaya
fisik yang akan timbul saat proses kelahiran. Rasa tidak nyaman akibat kehamilan kembali muncul pada trimester ketiga dan banyak ibu yang merasa bahwa dirinya semakin jelek dan aneh. Di samping itu, ibu juga akan merasa sedih karena perhatian dari suami selama kehamilan mungkin akan berkurang.
Pada trimester ketiga inilah ibu memerlukan ketenangan dan dukungan dari suami, keluarga serta bidan atau dokter kandungan.
Trimester ketiga lebih sering disebut dengan periode menunggu atau penantian dan waspada.
Sebab pada masa ini ibu merasa tidak sabar ingin segera melihat anak
yang selama sembilan bulan lahir ke dunia
ini. Trimester ketiga adalah masa persiapan kelahiran dan peran
sebagai orangtua seperti terpusatnya perhatian pada kelahiran bayi. orang tua dan keluarga mulai mengira-ira bagaimana anaknya (terutama wajahnya, akan menyerupai siapa), dan apa jenis kelaminnya. Mungkin juga
nama cantik sudah disiapkan oleh orangtuanya. Trimester ketiga ini adalah masa aktif untuk penantian kelahiran bayi dan masa perubahan untuk menjadi orang tua
2.3 Gangguan Psikologis pada Kehamilan
a.
Gangguan psikologi pada kehamilan palsu / pseudosiesis
Kehamilan palsu adalah suatu keadaan di mana seorang wanita berada dalam kondisi yang menunjukkan berbagi tanda dan gejala kehamilan seperti tidak mendapat menstruasi, adanya mual dan muntah, pembesaran perut, peningkatan berat badan dan gejala kehamilan lainnya bahkan kadang hasil test urine dapat menjadi positif palsu, tetapi sesungguhnya ia tidak benar-benar hamil. Faktor yang sangat sering berhubungan dengan terjaidnya kehamilan palsu adalah faktor emosional atau psikis yang menyebabkan kegagalan sistem endokrin dalam mengontrol hormon yang menimbulkan keadaan seperti hamil. Gejala gangguan psikologis pada pseudosiesis
Kehamilan palsu adalah suatu keadaan di mana seorang wanita berada dalam kondisi yang menunjukkan berbagi tanda dan gejala kehamilan seperti tidak mendapat menstruasi, adanya mual dan muntah, pembesaran perut, peningkatan berat badan dan gejala kehamilan lainnya bahkan kadang hasil test urine dapat menjadi positif palsu, tetapi sesungguhnya ia tidak benar-benar hamil. Faktor yang sangat sering berhubungan dengan terjaidnya kehamilan palsu adalah faktor emosional atau psikis yang menyebabkan kegagalan sistem endokrin dalam mengontrol hormon yang menimbulkan keadaan seperti hamil. Gejala gangguan psikologis pada pseudosiesis
Wanita dengan pseudosiesis memiliki kondisi psikologis sebagai berikut:
1. Adanya sikap yang ambivalen terhadapa kehamilannya, yaitu ingin sekali menjadi hamil, sekaligus tidak ingin menjadi hami. Ingin memiliki anak sekaligus dibarengi dengan rasa takut untuk menetralisasi keinginan mempunyai anak.
1. Adanya sikap yang ambivalen terhadapa kehamilannya, yaitu ingin sekali menjadi hamil, sekaligus tidak ingin menjadi hami. Ingin memiliki anak sekaligus dibarengi dengan rasa takut untuk menetralisasi keinginan mempunyai anak.
2. Keinginan untuk hamil terutama sekai tidak
timbul dari dorongan keibuan, akan tetapi khusus dipacu oleh dendam, sikap bermusuhan, dan harga diri. Sebagai contoh pada wanita yang steril.
3. Secara bersamaan
muncul kesediaan
untuk menyadari, sekaligus kesediaan untuk tidak mau menyadari bahwa kehamilannya adalah ilusi belaka.
4. Wanita dengan pseudosiesis tidak terlepas dari pseudologi yaitu fantasi-fantasi atau kebohongan yang selalu ditampilkan ke depan untuk
mengingkari hal-hal yang menyenangkan.
b. Fenomena kehamilan
di luar nikah
Remaja bisa mengatakan bahwa seks bebas atau pranikah
itu aman untuk dilakukan. Namun, bila remaja melihat dan memahami akibat dari perilaku itu, ternyata lebih banyak membawa kerugian. Salah satu resikonya adalah kehamilan di luar nikah. Sesungguh merupakan suatu
permasalahan kompleks yang dapat menghancurkan segalanya, masa muda, pendidikan, kepercayaan dan
kebanggan orang tua, serta pandangan negatif dari masyarakat. Selain itu, kehamilan yang tidak diinginkan yang juga
mengarah pada tindakan aborsi kriminalitas. Umumnya kehamilan di luar nikah dialami oleh remaja, dimana remaja dengan rentang
usia 12-19 tahun memiliki kondisi psikis yang labil karena
masa ini merupakan masa transisi dan pencarian jati diri. Dengan kehamilan di luar
nikah banyak permasalahan yang akan
dihadapi oleh remaja,
di antaranya adalah:
1. Timbulnya perasaan takut dan bingung yang luar biasa, terutama bagi wanita yang menjadi objek akan merasakan ketakutan besar terhadap
respon orang tua, dan biasanya mereka menutupi kehamilannya sehingga
didapatkan tindakan lain dan orang tua baru menyadari setelah perut anaknya membuncit.
2. Rasa ketakutan jika kekasih yang menghamilinya tidak mau bertanggung jawab dan tidak mau menolongnya keluar dari kondisi yang rumit itu.
3. Cemas jika teman-temannya mengetahui, apalagi pihak sekolah yang mungkin saja akan mengeluarkannya dari sekolah.
4. Rasa takut yang timbul
karena ia sangat tidak siap menjadi seorang ibu.
5. Timbul keinginan untuk mengakhiri kehamilan dengan aborsi.
c. Keguguran
Keguguran diartikan sebagai keluarnya janin atau persalinan prematur sebelum mampu untuk
hidup. Resiko keguguran memiliki persentase sebesar
15% - 40% dari
ibu hamil, dan 60 -75% keguguran terjadi sebelum usia kehamilan
3 bulan. Namun jumlah kejadian atau resiko keguguran akan menurun pada usia kehamilan di atas 3 bulan.
d. Hamil Dengan Janin Mati
Kematian janin dalam kandungan disebut
Intra Uterin Fetal Death ( IUFD ), yakni kematian yang terjadi saat usia kehamilan lebih dari
20 minggu
atau pada trimester kedua. Jika terjadi pada trimester pertama disebut
keguguran
atau abortus. Jika janin sudah meninggal di dalam kandungan maka rahim tidak akan membesar lagi, pembesarannya akan berhenti sesuai dengan usia kehamilan saat janin meninggal. Misalnya, janin meninggal pada usia kehamilan
12 minggu
maka pembesaran rahim berhenti pada usia kehamilan 12 minggu,
tidak akan membesar
misalnya sampai usia kehamilan 20 minggu.
Hal ini disebabkan karena pada janin mati, otomatis pertumbuhannya
berhenti, sedangkan pembesaran uterus dimungkinkan karena adanya pertumbuhan janin.
e. Gangguan psikologis pada kehamilan yang tidak diinginkan
Kehamilan tidak hanya terjadi pada remaja akibat hubugan yang terlampau bebas, tetapi juga pada wanita yang telah menikah sebagai akibat dari kegagalan konrasepsi dan penolakan pada jenis kelamin bayi yang ia kandung. Tanda dan gejala psikologis pada kehamilan yang tidak dikehendaki.
1. Pada kehamilan yang tidak dikehendaki, merasa bahwa janin yang dikandungnya bukanlah bagian dari dirinya dan berusaha untuk mengeluarkan dari tubuhnya melalui tindakan-tindakan tidak bermoral seperti aborsi.
1. Pada kehamilan yang tidak dikehendaki, merasa bahwa janin yang dikandungnya bukanlah bagian dari dirinya dan berusaha untuk mengeluarkan dari tubuhnya melalui tindakan-tindakan tidak bermoral seperti aborsi.
2. Beberapa wanita bersikap aktif-agresif, mereka sangat marah dan dendam
pada kekasih atau suaminya serta merasa sanggup menanggung konsekuensi dari tindakannya. Selain itu, calon bayinya dianggap sebagai beban dan malapetaka bagi dirinya.
f. Hamil Ketergantungan Obat
Ketergantungan obat adalah suatu keadaan
kebutuhan fisik atau mental ( psikologis ) atau kedua –
duanya
yang terjadi sebagai akibat pemakaian abat secara terus – menerus
atau secara periodik.
2.4
Peran Bidan Dalam
Mengatasi Gangguan Psikologi Pada Masa
Kehamilan a. Pengelolaan gangguan psikologis pada pseudosiesis
Kehamilan a. Pengelolaan gangguan psikologis pada pseudosiesis
1. Menciptakan suasana senyaman
mungkin agar klien merasa bebas
untuk mengekspresikan pikiran-pikiran yang sulit.
2. Berupaya agar klien mendapat
wawasan dengan menyelami kembali dan kemudian menyelesaikan pengalaman masa lalu yang belum terselesaikan. Dengan demikian, klien diharapkan dapat memperoleh kesdaran diri, kejujuran, dan hubungan
pribadi yang secara efektif dapat menghadapi dengan realitas, serta dapat mengendalikan tingkah laku irasional.
b. Pengelolaan gangguan psikologis pada kehamian diluar nikah
Penatalaksanaan yang bisa dilakukan dengan melakukan konseling humanistik, di mana manusia sebagai individu
berhak menentukan sendiri keputusannya dan selalu berpandangan bahwa pada dasarnya manusia
itu adalah baik. Sedangkan konselor yang ingin memberikan konseling perlu memiliki tiga karakter sebagai
berikut ini:
1. Empati adalah kemampuan konselor untuk merasakan bersama
dengan klien, usaha berfikir bersama tentang
dan untuk mereka.
2. Positive regard (acceptance), yaitu menghargai
klien dengan berbagai kondisi dan keberadaannya.
3. Congruence (genuineness), adalah kondisi transparan dalam hubungan terapeutik. Oleh karena itu,
di dalam menghadapi permasalahan kehamilan
di luar nikah bagi para remaja, maka sebagai bidan atau psikolog dapat memberikan konseling
dengan keluarga, antar remaja itu sendiri, konselor dan pihak keluarga, mengingat orang tua masih memiliki
andil yang besar pada kehidupan anak remaja mereka.
Selain itu juga
untuk menghindari tindakan-tindakan nekat, dalam mengatasi gangguan psikologis pada masa kehamilan
perlu diperhatikan beberapa hal berikut :
a. Mencegah timbulnya rasa tertekan dengan
menghindari rangsangan-rangsangan dapat menimbulkan kemarahan maupun
luapan emosi lainnya. Kegiatan dan kesibukan yang menyenangkan dapat dilakukan.
b. Masa
depresi yang berhubungan dengan masa hamil sebaiknya dicegah dengan kesibukan seperti membaca cerita yang bagus, melihat gambar-gambar indah, dan berjalan-jalan menghirup hawa segar.
c. Mencegah kelelahan tubuh ibu supaya tidak melampaui batas daya tahan. Pada masa depresi, pekerjaan memang perlu dikurangi tetapi harus tetap
ada kegiatan.
d. Melakukan pertemuan antar kaum perempuan, kaum ibu maupun pertemuan informal akan bermanfaat. Pertemuan dari hati ke hati dan percakapan intim dapat bermanfaat.
e. Pembinaan kesatuan suami istri melalui penciptaan
hubungan suami istri yang serasi berdasarkan kasih, seperti :
1. Keinginan
untuk mengetahui dan mengenal pasangan hidup.
2. Menerima pasangan kita dengan semua sifatnya.
3. Melalui sikap memberi dan menerima akan terbina saling penyesuaian.
4. Usaha mencapai kesesuaian dalam hal tubuh dan jiwa.
5. Untuk mengatasi kebosanan dengan keinginan akan hal yang baru,
perlu daya
kreasi dalam menciptakan cara-cara baru demi terpupuknya kemesraan pada pertemuan intim suami istri.
kreasi dalam menciptakan cara-cara baru demi terpupuknya kemesraan pada pertemuan intim suami istri.
6. Anjurkan pada
ibu hamil agar mendengarkan musik.
Upayakan berbagai cara agar terhindar dari stres. Atasilah kecemasan maupun emosi negatif lainnya dengan mendengarkan musik lembut, belajar memusatkan perhatian, berzikir, yoga atau relaksasi lainnya.
Upayakan berbagai cara agar terhindar dari stres. Atasilah kecemasan maupun emosi negatif lainnya dengan mendengarkan musik lembut, belajar memusatkan perhatian, berzikir, yoga atau relaksasi lainnya.
f. Senam Hamil Anjurkan ibu hamil bergabung dengan kelompok senam hamil sejak usia kandungan menginjak usia 5-6 bulan. Dengan syarat untuk
berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter
kandungan. Senam hamil tidak hanya bermanfaat melatih otot-otot yang diperlukan dalam proses persalinan, melainkan juga
memberi manfaat psikologis. Pertemuan sesama
calon ibu biasanya diisi dengan acara berbagi pengalaman yang dapat dijadikan pelajaran positif. Melalui kegiatan itu pula secara perlahan kesiapan psikologis calon
ibu dalam menghadapi persalinan menjadi semakin mantap.
g. Latihan Pernafasan
Anjurkan agar ibu sering melakukan latihan relaksasi dan latihan pernapasan secara teratur. Latihan ini bermanfaat untuk ketenangan dan kenyamanan sehingga kondisi psikologis bisa lebih stabil.
h. Bila depresi masih belum dapat diatasi dan tidak dapat dianalisis penyebab
segala keadaan dan pernderitaan batin, perlu diminta pertolongan pada ahli dalam bidang ini yaitu pskiater.
2.5 Dukungan Psikososial dan sumber – sumber dukungan
social
Wanita pada saat hamil mengalami perubahan baik fisik maupun psikis, sehingga
dukungan pada masa-masa kehamilan sangat diperlukan agar ibu tidak mengalami
stres sehingga ibu tetap sehat serta bayi
pun juga dapat tumbuh dan berkembang
dengan baik. Bentuk-bentuk dukungan tersebut dapat diperoleh dari orang-orang
terdekat ibu, terutama dukungan dari suami, keluarga maupun lingkungan sekitar.
a. Dukungan dari suami
Suami mempunyai tanggung jawab yang besar
sebagai kepala keluarga. Selain sebagai pencari nafkah, Suami berperan sebagai pendukung utama (main supporter) .
Dukungan yang diberikan suami sangat mempengaruhi kondisi ibu dan bayi yang dikandungnya. Keterlibatan suami sejak awal masa kehamilan, sudah pasti akan mempermudah dan meringankan pasangan dalam menjalani dan mengatasi berbagai perubahan yang terjadi pada tubuhnya
akibat hadirnya sesosok “manusia mungil”
di dalam perutnya.
b. Dukungan anggota
keluarga lainnya
Seorang wanita yang sedang
hamil biasanya juga
perlu mendapatkan dukungan dari anggota keluarga lain, seperti dukungan dari orang tua dan mertua. Anggota
keluarga lainnya juga mempengaruhi tingkat stres ibu hamil.
Meskipun suami mendukung penuh kehamilan istri, namun ibu hamil dapat merasa tertekan jika
kehamilannya tidak diterima
oleh angota keluarga lainnya. Oleh karena itu, diharapkan anggota keluarga lainnya mendukung penuh atas kehamilan istri.
c. Dukungan dari lingkungan sosial
Dukungan dari lingkungan sekitar tempat tinggal juga
berpengaruh
terhadap kehamilan. Sebab jika lingkungan sosial tidak menerima atas kehamilan ibu, maka akan mengganggu psikologis ibu tersebut.
d. Dukungan Dari Tenaga Kesehatan
e. Tenaga kesehatan
khususnya bidan sangat berperan dalam memberikan dukungan pada ibu
hamil. Bidan sebagai tempat mencurahkan segala isi hati dan kesulitannya dalam menghadapi kehamilan danpersalinan. Tenaga kesehatan
harus mampu mengenali keadaan yang terjadi disekitar ibu hamil. Hubungan yang baik, saling mempercayai dapat memudahkan bidan atau tenaga kesehatan dalam memberikan pendidikan kesehatan. Tenaga kesehatan
dapat memberikan peranannnya melalui dukungan :
1. Aktif
: Melalui kelas antenatal
2. Pasif : Dengan memberikan kesempatan kepada ibu hamil yang mengalami masalah untuk berkonsultasi, meyakinkan bahwa ibu dapat menghadapi perubahan selama kehamilan, membagi pengalaman yang pernah dirasakan sendiri, dan memutuskan apa yang harus
diberitahukan pada ibu dalam menghadapi kehamilannya.
2.6
Contoh kasus dan penyelesaian dalam bentuk SOAP
Tanggal
28 Oktober Ny. S berumur 22 tahun G1P0A0 UK 32 Minggu datang ke RSUD SLEMAN untuk periksa kehamilan, HPHT 18 Maret 2010, HPL 25 Januari 2011. Ibu mengatakan merasa gerakan janinnya berkurang sejak
3 hari yang lalu. Dari hasil pemeriksaan ditemukan
TD 150/90
mmhg, S :
36,8 0C, M : 82 x / mnt, R “ 24
x / mnt,
Hb :
11,9 gram%, hasil USG janin tunggal, intrauterin, gerak negatif, DJJ negatif.
S : Subjek
Ny. S berumur 22 tahun G1P0A0 UK 32 Minggu,
Ibu mengatakan merasa gerakan janinnya berkurang sejak 3 hari yang lalu.
O : Objektif
TD 150/90 mmhg N : 82 x / mnt
S : 36,8
C R : 24 x / mnt
Pemeriksaan Laboratorium
Hb : 11,9 gram%
Pemeriksaan Penunjang
Hasil USG janin tunggal, intrauterin, gerak negatif, DJJ negatif.
A : Assesment
Primigravida umur 2 8 tahun, hamil 32 minggu, dengan IUFD Masalah : Ibu dan keluarga belum mengetahui
janinnya meninggal.
janinnya meninggal.
Kebutuhan : Memberitahu ibu dan keluarga secara hati – hati bahwa
janinnya sudah meninggal.
janinnya sudah meninggal.
P : Planning
1. Memberitahu
ibu dan keluarga dengan hati-hati bahwa dari hasil pemeriksaan, didapatkan bahwa janin yang dikandungnya sudah meninggal.
Ibu menangis, suami tampak sedih dan keluarga terilahat menenangkan.
2. Memberitahu keluarga bahwa janin harus segera dilahirkan. Menjelaskan mengenai pilihan untuk mengeluarkan janin, yaitu dengan menunggu janin lahir sendiri, dengan kemungkinan akan
menunggu dalam waktu lama dan tidak dapat ditentukan serta dapat menjadikan adanya risiko gangguan pada proses pembekuan darah atau pilihan kedua dengan dipacu (diinduksi) menggunakan obat.
3. Keluarga sepakat memilih proses kelahiran dengan induksi.
4. Membuat kesepakatan terhadap pihak keluarga atas tindakan yang akan dilakukan.
Keluarga menyetujui tindakan dengan induksi misoprostol misoprostol 200 mg per oral/12 jam yang akan dimulai tanggal 28 Oktober 2010 jam 15:00 WIB sambil menunggu kesiapan mental dan ketenangan hati ibu untuk menerima kenyataan.
Keluarga menyetujui tindakan dengan induksi misoprostol misoprostol 200 mg per oral/12 jam yang akan dimulai tanggal 28 Oktober 2010 jam 15:00 WIB sambil menunggu kesiapan mental dan ketenangan hati ibu untuk menerima kenyataan.
5. Memberi
dukungan mental agar ibu dan keluarga bersabar
dan menerima apa yang
terjadi. Ibu dapat menerima dan lebih tenang.
terjadi. Ibu dapat menerima dan lebih tenang.
6. Mengobservasi KU dan VS ibu.
7. KU lebih baik dari sewaktu datang, TD : 140/80
mmHg, Suhu: 37,10C,Nadi 80
x/menit,
respirasi 20x/menit.
respirasi 20x/menit.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kehamilan merupakan keadaan alamiah yang dialami hampir semua wanita. Dalam masa kehamilannya,
ibu mengalami perubahan fisik maupun psikologis yang dapat mempengaruhi kehidupan normalnya. Keadaan
emosi ibu yang labil, serta mengalami ketakutan, kecemasan, stres, dan emosi lain yang mendalam, dapat menjadi pencetus reaksi emosional yang ringan hingga tingkat tinggi
sehingga menimbulkan rasa tertekan
dan berujung
pada gangguan jiwa yang berat. Maka dari itu diperlukan dukungan psikososial selama masa kehamilan. Dukungan tersebut dapat diperoleh
dari orang-orang
terdekat ibu seperti suami, keluarga, lingkungan serta bidan. Dukungan psikososial dari orang-orang terdekat ibu dapat memberikan rasa nyaman serta dapat mempermudah proses persalinan ibu.
3.2 Saran
Sebagai tenaga kesehatan
khususnya bidan, sebaiknya mendukung kehamilan ibu dalam bentuk memberikan informasi tentang kehamilan, memberikan kesempatan kepada ibu hamil yang mengalami masalah untuk berkonsultasi.
Selain itu bidan wajib mengetahui kondisi psikologis ibu hamil pertama dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi psikologisnya. Karena Selama kehamilan berlangsung,
terdapat rangkaian proses psikologis khusus yang jelas, yang terkadang
tampak berkaitan erat dengan perubahan biologis yang sedang
terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Varney H, dkk. ( 2006 ). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 1. Jakarta:
EGC.
2. Wulandari, Diah ( 2009 ). Komunikasi dan Konseling dalam Praktik Kebidanan. Jogjakarta: Mitra
Cendikia Offiset.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar