MAKALAH ASKEB
“Ibu Hamil
dengan Indikasi TBC”
Dosen Pengampu : Dewi Setyaningsih, S.SiT,M.P.H
Disusun
Oleh :
Kelompok 4
1. Serly
Anjelina (16140175)
2. Yusti
Astri Delita (16140235)
3. Hukmi
Diniati (16140216)
4. Pratiwi
Atmanegara (16140227)
5. Palagia Theysasusi (16140117)
6. Katarina
Devi (16140125)
7. Santi Lalo (16140216)
8. Halisya (16150057)
`
PRODI DIV BIDAN PENDIDIK
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2016/2017
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kehadirat Allah Yang Maha Esa yang telah
memberikan kesempatan dalam penyusunan makalah ini dapat terselesaikan dengan
sukses dan berhasil tanpa adanya halangan apapun.Apa yang tersaji dihadapan
pembaca bukanlah sebuah buku yang dipersiapkan secara khusus, melainkan
kumpulan catatan kecil. Sebagai penambah pengetahuan bagi pembaca tentang
pengetahuan kewajiban menuntut ilmu dalam kesehatan. Apabila ada kesalahan dalam
pengetikan makalah ini mohon dimaklumi karena dalam penulisan makalah ini
sangat minim narasumber dan semoga apa yang ada di dalam makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca dan saya mengucapkan banyak-banyak terima kasih
kepada dosen
pembimbing Ibu Dewi Setyaningsih, S.SiT,M.P.H yang telah membimbing kami selama ini dalam pelajaran Asuhan Kebidanan.
Yogyakarta, 21 Februari2017
Penyusun
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………..
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang…………………………………………………………………
1.2
Rumusan Masalah………………………………………………………………
1.3
Tujuan Penulisan………………………………………………………………..
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Hubungan TBC Dengan Kehamilan……………………………………………
2.2
Penyebab Penularan Penyakit TBC
Pada Kehamilan…………………………..
2.3
Cara Pengobatan Penularan Penyakit
TBC Pada Kehamilan..............................
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan………………………………………………….…………………
3.2
Saran…………………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA
Tuberculosis
(TBC) merupakan penyakit infeksi bakteri menahun yang disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis, suatu basil tahan asam yang
ditularkan melalui udara (Asih, 2004).Penyakit ini ditandai dengan pembentukan
granuloma pada jaringan yang terinfeksi.Tuberculosis merupakan penyakit menular
granulo-matosa kronik yang disebabkan oleh mikrobakterium tuberculosis, pada
umumnya menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai semua organ atau jaringan
dalam tubuh (Robbins dan Kumar, 1995).TBC (tuberculosis) merupakan penyakit menular yang masih
menjadi perhatian dunia.Hingga saat ini belum ada negara satupun yang bebas
TBC.Angka kematian dan kesakitan akibat kuman mycobacterium tuberculosis inipun
tinggi.
Penderita
tuberkulosis di kawasan Asia terus bertambah.Sejauh ini, Asia termasuk kawasan
dengan penyebaran tuberkulosis (TBC) tertinggi di dunia.Setiap 30 detik, ada
satu pasien di Asia meninggal dunia akibat penyakit ini. Sebelas dari 22 negara
dengan angka kasus TBC tertinggi berada di Asia, di antaranya Banglades, China,
India, Indonesia, dan Pakistan. Empat
dari lima penderita TBC di Asia termasuk kelompok usia produktif (Kompas,
2007). Di Indonesia, angka kematian akibat TBC mencapai 140.000 orang per tahun
atau 8 persen dari korban meninggal di seluruh dunia. Setiap tahun, terdapat
lebih dari 500.000 kasus baru TBC, dan 75 persen penderita termasuk kelompok
usia produktif. Jumlah penderita TBC di Indonesia merupakan ketiga terbesar di
dunia setelah India dan China.
Menurut BKKBN (Badan Kependudukan
Dan Keluarga Berencana Nasional), kehamilan adalah sebuah proses yang diawali
dengan keluarganya sel telur yang matang pada saluran telur yang kemudian
bertemu dengan sperma dan keduanya menyatu membentuk sel yang akan bertumbuh.
Seseorang yang sedang mengandung buah hatinya harus memperhatikan asupan gizi
yang di butuhkan oleh calon ibu dan buah hatinya. Ketika seseorang sedang hamil
hal ini tentu saja akan membutuhkan energi yang lebih banyak. Asupan gizi yang
tepat akan membantu tumbuh kembang janin yang masih berada dikandungan.
Penyakit TBC bisa menimpa siapa
saja.Tak terkecuali dengan ibu hamil. Bahkan ibu hamil yang memang sedang dalam
keadaan rentan akibat daya tahan tubuhnya yang menurun, sangat beresiko terkena
serangan TBC, baik TBC laten maupun TBC aktif. Seorang ibu yang sedang hamil
dan mengidap penyakit TBC, jika TBCnya itu tidak diobati dengan benar, maka
seorang ibu beresiko melahirkan bayi yang prematur atau melahirkan bayi yang
berpenyakit TBC juga.Kehamilan dan tuberculosis merupakan dua stressor yang
berbeda pada ibu hamil.Stressor tersebut secara simultan mempengaruhi keadaan
fisik dan mental ibu hamil. Efek TBC pada kehamilan tergantung pada beberapa
faktor antara lain tipe, letak dan keparahan penyakit, usia kehamilan saat
menerima pengobatan antituberkulosis, status nutrisi ibu hamil, ada tidaknya
penyakit penyerta, status imunitas, dan kemudahan mendapatkan fasilitas
diagnosa dan pengobatan TBC. Selain itu, risiko juga meningkat pada janin,
seperti abortus, terhambatnya pertumbuhan janin, kelahiran prematur dan
terjadinya penularan TBC dari ibu ke janin melalui aspirasi cairan amnion
(disebut TBC kongenital).
Mengingat
akan bahaya TBC dan pentingnya memberikan pelayanan
pada ibu untuk mempersiapkan kehamilan, terutama untuk mendeteksi dini,
memberikan terapi yang tepat serta pencegahan dan penanganan TBC pada masa
prakonsepsi, maka dalam makalah ini akan di bahas segala teori tentang TBC dan
hubungannya dengan masa prakonsepsi wanita untuk mempersiapkan kehamilan.
Selain itu, dalam makalah ini juga akan dibahas peranan bidan dalam
melaksanakan asuhan kebidanan prakonsepsi, utamanya terhadap klien penderita
TBC.
Secara umum
masalah dalam makalah ini adalah bagaimanakah bahaya Tuberculosis (TBC) pada
kehamilan? Secara khusus masalah dinyatakan dalam tiga pertanyaan berikut ini.
1.2.1
Bagaimanakah hubungan antara penyakit TBC dengan kehamilan?
1.2.2
Apakah penyebab penularan penyakit TBC pada kehamilan?
1.2.3
Bagaimanakah cara mengobati penularan penyakit TBC paada kehamilan?
Makalah ini
bertujuan mendeskripsikan:
1.3.1
Hubungan antara penyakit TBC dengan kehamilan,
1.3.2
Penyebab penularan penyakit TBC pada kehamilan,
1.3.3
Cara mengobati penularan TBC pada kehamilan.
BAB II
Tuberculosis
merupakan penyakit infeksi bakteri menahun pada paru yang disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis, yaitu bakteri tahan asam
yang ditularkan melalui udara yang ditandai dengan pembentukan granuloma pada
jaringan yang terinfeksi. Mycobacterium tuberculosis merupakan
kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru atau berbagai organ tubuh lainnya yang bertekanan parsial tinggi.Penyakit
tuberculosis ini biasanya menyerang paru tetapi dapat menyebar ke hampir
seluruh bagian tubuh termasuk meninges, ginjal, tulang, nodus limfe.Infeksi
awal biasanya terjadi 2-10 minggu setelah pemajanan.Individu kemudian dapat
mengalami penyakit aktif karena gangguan atau ketidakefektifan respon imun.
2.1.1
Pengaruh Tuberculosis terhadap kehamilan.
Kehamilan
dan tuberculosis merupakan dua stressor yang berbeda pada ibu hamil.Stressor
tersebut secara simultan mempengaruhi keadaan fisik mental ibu hamil. Lebih
dari 50 persen kasus TBC paru adalah perempuan dan data RSCM
pada tahun 1989 sampai 1990 diketahui 4.300 wanita hamil,150 diantaranya adalah
pengidap TBC paru (M Iqbal, 2007 dalam http://www.mail-archive.com/).
Efek TBC pada
kehamilan tergantung pada beberapa factor antara lain tipe, letak dan keparahan
penyakit, usia kehamilan saat menerima pengobatan antituberkulosis, status
nutrisi ibu hamil, ada tidaknya penyakit penyerta, status imunitas, dan
kemudahan mendapatkan fasilitas diagnosa dan pengobatan TBC. Status
nutrisi yang jelek, hipoproteinemia, anemia dan keadaan medis maternal
merupakan dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas maternal.
Usia
kehamilan saat wanita hamil mendapatkan pengobatan antituberkulosa merupakan
factor yang penting dalam menentukan kesehatan maternal dalam kehamilan dengan
TBC. Jika pengobatan tuberkulosis diberikan awal
kehamilan, dijumpai hasil yang sama dengan pasien yang tidak hamil, sedangkan
diagnosa dan perewatan terlambat dikaitkan dengan meningkatnya resiko
morbiditas obstetric sebanyak 4x lipat dan meningkatnya resiko preterm labor
sebanyak 9x lipat. Status sosio-ekonomi yang jelek, hypo-proteinaemia, anemia
dihubungkan ke morbiditas ibu.Kehamilan dapat berefek terhadap tuberculosis
dimana peningkatan diafragma akibat kehamilan akan menyebabkan kavitas paru
bagian bawah mengalami kolaps yang disebut pneumo-peritoneum. Pada awal abad
20, induksi aborsi direkomondasikan pada wanita hamil dengan TBC.
Selain
paru-paru, kuman TBC juga dapat menyerang organ tubuh
lain seperti usus, selaput otak, tulang, dan sendi, serta kulit. Jika kuman
menyebar hingga organ reproduksi, kemungkinan akan memengaruhi tingkat
kesuburan (fertilitas) seseorang. Bahkan, TBC pada
samping kiri dan kanan rahim bisa menimbulkan kemandulan. Hal ini tentu menjadi
kekhawatiran pada pengidap TBC atau yang
pernah mengidap TBC, khususnya wanita usia reproduksi.
Jika kuman sudah menyerang organ reproduksi wanita biasanya wanita tersebut
mengalami kesulitan untuk hamil karena uterus tidak siap menerima hasil
konsepsi. Bahwa TBC(baik laten
maupun aktif) tidak akan memengaruhi fertilitas seorang wanita di kemudian
hari. Namun, jika kuman menginfeksi endometrium dapat menyebabkan gangguan
kesuburan. Tapi tidak berarti kesempatan untuk memiliki anak menjadi tertutup
sama sekali, kemungkinan untuk hamil masih tetap ada. Idealnya, sebelum
memutuskan untuk hamil, wanita pengidap TBC mengobati
TBC-nya terlebih dulu sampai tuntas.Namun, jika sudah
telanjur hamil maka tetap lanjutkan kehamilan dan tidak perlu melakukan aborsi.
2.1.2
Pengaruh Tuberkulosis terhadap janin.
Menurut
Oster, 2007 jika kuman TBC hanya
menyerang paru, maka akan ada sedikit risiko terhadap janin. Untuk
meminimalisasi risiko,biasanya diberikan obat-obatan TBC yang aman
bagi kehamilan seperti Rifampisin, INH dan Etambutol. Kasusnya akan berbeda
jika TBC juga menginvasi organ lain di luar
paru dan jaringan limfa, dimana wanita tersebut memerlukan perawatan di rumah
sakit sebelum melahirkan. Sebab kemungkinan bayinya akan mengalami masalah
setelah lahir. Penelitian yang dilakukan oleh Narayan Jana, KalaVasistha,
Subhas C Saha, Kushagradhi Ghosh, 1999 dalam (http://proquest.umi.com/pqdweb) tentang
efek TBC ekstrapulmoner tuberkuosis,
didapatkan hasil bahwa tuberkulosis pada limpha tidak berefek terhadap
kahamilan, persalinan dan hasil konsepsi. Namun juka dibandingkan dengan
kelompok wanita sehat yang tidak mengalami tuberculosis selama hamil mempunyai
resiko hospitalisasi lebih tinggi (21% : 2%), bayi dengan APGAR skore rendah
segera setelah lahir (19% : 3%), berat badan lahir rendah (<2500 gram).
Selain itu,
risiko juga meningkat pada janin, seperti abortus, terhambatnya pertumbuhan
janin, kelahiran prematur dan terjadinya penularan TBC dari ibu ke
janin melalui aspirasi cairan amnion (disebut TBC
congenital). Gejala TBC congenital biasanya sudah bisa
diamati pada minggu ke 2-3 kehidupan bayi,seperti prematur, gangguan napas,
demam, berat badan rendah, hati dan limpa membesar. Penularan kongenital sampai
saat ini masih belum jelas,apakah bayi tertular saat masih di perut atau
setelah lahir.
2.1.3
Pengaruh kehamilan terhadap Tuberkolosis.
Pengetahuan
akan meningkatnya diafragma selama kehamilan yang mengakibatkan kolapsnya paru
di daerah basal paru masih dipegang sampai abad 19. Awal abad ke-20, aborsi
merupakan pilihan terminasi pada wanita hamil dengan tuberculosis.Sekarang, TBC diduga
semakin memburuk selama kehamilan, khususnya di hubungakann dengan status
sosio-ekonomi jelek, imunodefisiensi atau adanya penyakit penyerta.Kehilangan
antibodi pelindung ibu selama laktasi juga menguntungkan perkembangan TBC.Akan
tetapi, lebih banyak studi diperlukan untuk menyokong hipotesa.
Seperti yang telah dijelaskan diatas TBC atau tubercolosis disebabkan oleh
agen yang bernama Microbacterium tubercolosis.Agen ini pertama kali ditemukan
pada tahun 1882 oleh Robert Koch.Microbacterium tubercolosis adalah
bakteri yang berbentuk batang dan juga tahan terhadap asam. Sebenarnya kuman
ini dalam beberapa detik akan segera mati jika terkena sinar matahari langsung.
Tetapi sebaliknya jika kuman ini berada di lingkungan yang cocok untuk
kehidupannya yaitu suasana lingkungan yang gelap dan lembab, maka kuman ini
akan dapat bertahan hingga berjam – jam, dan yang lebih parah lagi kuman ini
dapat terus ada dilingkungan hingga bertahun – tahun dalam keadaan dormant atau
dalam kondisi tidur.
Adapun Efek penyakit
TBC pada janin yaitu jika
kuman TBC
hanya menyerang paru, maka akan ada sedikit risiko terhadap janin.Untuk
meminimalisasi risiko,biasanya diberikan obat-obatan TBC yang aman bagi kehamilan seperti
Rifampisin, INH dan Etambutol. Kasusnya akan berbeda jika TBC juga menginvasi organ lain di luar
paru dan jaringan limfa, dimana wanita tersebut memerlukan perawatan di rumah
sakit sebelum melahirkan. Sebab kemungkinan bayinya akan mengalami masalah
setelah lahir. Penelitian yang dilakukan oleh Narayan Jana, KalaVasistha,
Subhas C Saha, Kushagradhi Ghosh, 1999 tentang efek TBC ekstrapulmoner tuberkuosis,
didapatkan hasil bahwa tuberkulosis pada limpha tidak berefek terhadap
kahamilan, persalinan dan hasil konsepsi. Namun juka dibandingkan dengan
kelompok wanita sehat yang tidak mengalami tuberculosis selama hamil mempunyai
resiko hospitalisasi lebih tinggi (21% : 2%), bayi dengan APGAR skore rendah
segera setelah lahir (19% : 3%), berat badan lahir rendah (<2500 ).
Selain itu, risiko juga meningkat
pada janin, seperti abortus, terhambatnya pertumbuhan janin, kelahiran prematur
dan terjadinya penularan TBC dari ibu ke janin melalui aspirasi cairan amnion (disebut
TBC congenital). Gejala TBC congenital biasanya sudah bisa
diamati pada minggu ke 2-3 kehidupan bayi,seperti prematur, gangguan napas,
demam, berat badan rendah, hati dan limpa membesar. Penularan kongenital sampai
saat ini masih belum jelas,apakah bayi tertular saat masih di perut atau
setelah lahir.
2.1.4
Tanda Dan Gejala
Tanda ; 1) Penurunan
berat badan, 2) Anoreksia, 3) Dispneu, 4) Sputum
purulen/hijau, 5) mukoid/kuning.Gejala; 1) Demam (Biasanya menyerupai demam
influenza.Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh penderita dengan
berat-ringannya infeksi kuman TBC yang masuk), 2) Batuk (Terjadi karena adanya infeksi pada
bronkus.Sifat batuk dimulai dari batuk kering kemudian setelah timbul
peradangan menjadi batuk produktif (menghasilkan sputum).Pada keadaan lanjut
berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk
darah pada ulkus dinding bronkus), 3) Sesak nafas (Sesak nafas
akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana infiltrasinya sudah
setengah bagian paru), 4) Nyeri dada (Timbul bila
infiltrasi radang sudah sampai ke pleura menimbulkan pleuritis), 5) Malaise (Dapat berupa anoreksia, tidak ada
nafsu makan, berat badan turun, sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat
malam).
2.1.5 Patofisiologi
Pada tuberculosis, basil tuberculosis menyebabkan
suatu reaksi jaringan yang aneh di dalam paru-paru meliputi: penyerbuan daerah
terinfeksi oleh makrofag, pembentukan dinding di sekitar lesi oleh jaringan
fibrosa untuk membentuk apa yang disebut dengan tuberkel. Banyaknya area
fibrosis menyebabkan meningkatnya usaha otot pernafasan untuk ventilasi paru
dan oleh karena itu menurunkan kapasitas vital, berkurangnya luas total
permukaan membrane respirasi yang menyebabkan penurunan kapasitas difusi paru
secara progresif, dan rasio ventilasi-perfusi yang abnormal di dalam paru-paru
dapat mengurangi oksigenasi darah.
Pada anak, uji tuberkulin merupakan pemeriksaan paling
bermanfaat untuk menunjukkan sedang/pernah terinfeksi Mikobakterium tuberkulosa dan sering digunakan
dalam “Screening TBC”.Efektifitas dalam menemukan infeksi TBC dengan uji
tuberkulin adalah lebih dari 90%. Pembacaan hasil tuberkulin dilakukan setelah
48 – 72 jam; dengan hasil positif bila terdapat indurasi diameter lebih dari 10
mm, meragukan bila 5-9 mm. Uji tuberkulin bisa diulang setelah 1-2 minggu. Pada
anak yang telah mendapat BCG, diameter indurasi 15 mm ke atas baru dinyatakan
positif, sedangkan pada anak kontrak erat dengan penderita TBC aktif, diameter
indurasi ≥ 5 mm harus dinilai positif. Alergi disebabkan oleh keadaan infeksi
berat, pemberian immunosupreson, penyakit keganasan (leukemia), dapat pula oleh
gizi buruk, morbili, varicella dan penyakit infeksi lain.
Gambaran radiologis yang dicurigai TBC adalah
pembesaran kelenjar nilus, paratrakeal, dan mediastinum, atelektasis, konsolidasi,
efusipieura, kavitas dan gambaran milier.Bakteriologis, bahan biakan kuman TBC diambil
dari bilasan lambung, namun memerlukan waktu cukup lama. Serodiagnosis,
beberapa diantaranya dengan cara ELISA (Enzyime Linked Immunoabserben
Assay) untuk mendeteksi antibody atau uji peroxidase – anti –
peroxidase (PAP) untuk menentukan IgG spesifik. Teknik bromolekuler, merupakan
pemeriksaan sensitif dengan mendeteksi DNA spesifik yang dilakukan dengan
metode PCR (Polymerase Chain Reaction).Uji serodiagnosis maupun
biomolekular belum dapat membedakan TB aktif atau tidak.
Tes tuberkulin positif, mempunyai arti :Pernah
mendapat infeksi basil tuberkulosis yang tidak berkembang menjadi penyakit, Menderita
tuberkulosis yang masih aktif, Menderita
TBC yang sudah sembuh, Pernah mendapatkan vaksinasi BCG, Adanya
reaksi silang (“cross reaction”) karena infeksi mikobakterium atipik.
2.1.7 Epidemiologi Dan Penularan TBC.
Dalam penularan infeksi Mycobacterium tuberculosis hal-hal yang perlu
diperhatikan adalah: Reservour, sumber dan penularan (Manusia
adalah reservoar paling umum, sekret saluran pernafasan dari orang dengan lesi
aktif terbuka memindahkan infeksi langsung melalui droplet), Masa
inkubasi (Yaitu sejak masuknya sampai
timbulnya lesi primer umumnya memerlukan waktu empat sampai enam minggu,
interfal antara infeksi primer dengan reinfeksi bisa beberapa tahun), Masa dapat
menular (Selama yang bersangkutan
mengeluarkan bacil Turbekel terutama yang dibatukkan atau dibersinkan), Immunitas (Anak dibawah
tiga tahun paling rentan, karena sejak lahir sampai satu bulan bayi diberi
vaksinasi BCG yang meningkatkan tubuh terhadap TBC.
Pada
prinsipnya pengobatan TBC pada
kehamilan tidak berbeda dengan pengobatan TBC pada
umumnya. Menurut WHO, hampir semua OAT aman untuk kehamilan, kecuali
streptomisin. Streptomisin tidak dapat dipakai pada kehamilan karena bersifat
permanent ototoxic dan dapat menembus barier placenta. Keadaan ini dapat
mengakibatkan terjadinya gangguan pendengaran dan keseimbangan yang menetap
pada bayi yang akan dilahirkan. Perlu dijelaskan kepada ibu hamil bahwa
keberhasilan pengobatannya sangat penting artinya supaya proses kelahiran dapat
berjalan lancar dan bayi yang akan dilahirkan terhindar dari kemungkinan
tertular TBC.
Pengobatan TBC pada
kehamilan terdiri dari obat-obatan, makanan, udara segar dan sikap positif.
Obat-obatan standari ini pertama aman dan tidak membahayakan bagi bayi dan
pasien.Wanita hamil juga harus diberi konseling mengenai efek samping dari
obat-obatan.Fungsi hati dan penglihatan harus diuji secara berkala.Ibu hamil
harus benar-benar patuh menjalani pengobatan TBC ini pertama, karena bila tidak
bisa terjadi resistensi atau kebal obat (Multiple Drug Resistance atau
MDR-TB).MDR-TB pada kehamilan pada kehamilan dapat menimbulkan tantangan yang
sangat besar karena obat lini kedua dapat beracun dan sangat berbahaya bagi bayi
yang belum lahir.jika seorang wanita menderita MDR-TB selama awal kehamilan,
dia harus diberikan pilihan untuk aborsi terapeutik. Namun jika terjadi saat
usia kandungan sudah besar, pengobatan dimodifikasi harus direncanakan
untuknya.Setelah bayi lahir, ibu tak perlu khawatir karena bayi tidak bisa
terkena TBC dari ASI.Bayi bisa terkena TBC tetapi dari bakteri dalam napas.Jadi
ibu harus menyusui setelah menggunakan masker pada wajah.
Pengobatan
TBC untuk ibu hamil dan orang biasa itu berbeda.Hal ini didasarkan pada tingkat
bahaya tidaknya obat terhadap janin bayi yang dikandungnya. Dokter biasanya
memberikan obat berupa isoniasid (INH) setiap hari atau 2 kali seminggu selama
9 bulan kehamilan untuk ibu hamil yang menderita TBC laten (Laten TB Infection
= LTBI). Selain itu, mereka juga diberi suplemen piridoksin (vitamin B6).
Adapun untuk ibu hamil penderita penyakit TBC aktif, dokter biasanya memberi
INH, rifampin (RIF), dan juga etambutol (EMB) setiap hari selama 2 bulan yang
diikuti INH dan RIF per hari atau dua kali seminggu selama bulan
berikutnya.Dokter mengatakan bahwa selain obat-obatan yang tersebut di atas,
obat lain akan membahayakan janin di dalam perut ibunya. Misalnya saja seperti
sterptomisin, kanamisin, amikasin, kapreomisin, dan fluoroquinolones.Sehingga
jika sakit apapun, tak hanya TBC, ibu hamil harus selalu berkonsultasi dengan
dokter mengenai obat yang dikonsumsinya.
Pengobatan
TBC dan kehamilan berlanjut setelah si ibu melahirkan. Jika si ibu hamil yang
menderita TBC laten melahirkan, dia masih bisa menyusui bayinya dengan ASI. Hal
ini karena konsentrasi obat yang ada di dalam ASI-nya sangat sedikit untuk
menyebabkan racun. Dan ini juga berarti tidak efektifnya pengobatan bayi yang
mengidap TBC laten melalui ibunya lewat ASI. Jadi di sini, walau pun si ibu
menyussi, jika si ibu belum sembuh TBC-nya, si ibu bisa mengonsumsi INH dan
juga piridoksin.Lain halnya jika si ibu menderita TBC aktif, apalagi sudah di
level parah.Tidak memberi ASI ditengarai bisa menjadi jalan yang aman buat bayinya.Tentu
saja karena obat yang dikonsumsinya berkemungkinan menjadi racun bagi bayinya.
BAB III
Tuberculosis
merupakan penyakit infeksi bakteri menahun pada paru yang disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis, yaitu bakteri tahan asam
yang ditularkan melalui udara yang ditandai dengan pembentukan granuloma pada
jaringan yang terinfeksi.Kehamilan
dan tuberculosis merupakan dua stressor yang berbeda pada ibu hamil.Stressor
tersebut secara simultan mempengaruhi keadaan fisik mental ibu hamil. Lebih
dari 50 persen kasus TBC paru adalah
perempuan dan data RSCM pada tahun 1989 sampai 1990 diketahui 4.300 wanita
hamil,150 diantaranya adalah pengidap TBC paru. Pengetahuan
akan meningkatnya diafragma selama kehamilan yang mengakibatkan kolapsnya paru
di daerah basal paru masih dipegang sampai abad 19. Awal abad ke-20, aborsi
merupakan pilihan terminasi pada wanita hamil dengan tuberculosis.Sekarang, TBC diduga
semakin memburuk selama kehamilan, khususnya di hubungakann dengan status
sosio-ekonomi jelek, imunodefisiensi atau adanya penyakit penyerta.Kehilangan
antibodi pelindung ibu selama laktasi juga menguntungkan perkembangan TBC.Akan
tetapi, lebih banyak studi diperlukan untuk menyokong hipotesa.
Seperti yang telah dijelaskan diatas TBC atau tubercolosis disebabkan oleh
agen yang bernama Microbacterium tubercolosis.Microbacterium tubercolosis
adalah bakteri yang berbentuk batang dan juga tahan terhadap asam. Sebenarnya
kuman ini dalam beberapa detik akan segera mati jika terkena sinar matahari
langsung. Tetapi sebaliknya jika kuman ini berada di lingkungan yang cocok
untuk kehidupannya yaitu suasana lingkungan yang gelap dan lembab, maka kuman
ini akan dapat bertahan hingga berjam-jam, dan yang lebih parah lagi kuman ini dapat terus ada dilingkungan
hingga bertahun-tahun dalam keadaan dormant atau dalam kondisi tidur.
Pada
prinsipnya pengobatan TBC pada
kehamilan tidak berbeda dengan pengobatan TBC pada
umumnya. Menurut WHO, hampir semua OAT aman untuk kehamilan, kecuali
streptomisin. Streptomisin tidak dapat dipakai pada kehamilan karena bersifat
permanent ototoxic dan dapat menembus barier placenta. Keadaan ini dapat
mengakibatkan terjadinya gangguan pendengaran dan keseimbangan yang menetap
pada bayi yang akan dilahirkan.Pengobatan TBC pada kehamilan terdiri dari obat-obatan,
makanan, udara segar dan sikap positif.
Berdasarkan
tiga simpulan tersebut disarankan kepada bidan dan pembaca agar:
1. Lebih mewaspadai bahaya penyakit TBC pada kehamilan dan hubungan TBC pada
kehamilan.
2. Setiap pasangan yang akan merencanakan
kehamilan, hendaknya berkonsultasi dulu mengenai kondisi kesehatan kepada
tenaga kesehatan, termasuk bidan. Hal ini bertujuan untuk mendeteksi
penyakit/kelainan yang mungkin dialami calon orang tua, sehingga dapat
melakukan tindakan yang lebih komprehensif dalam mengantisipasi dampak yang
mungkin ditimbulkan dari penyakit yang diderita, baik bagi ibu maupun janin
yang dikandungnya.
3. Dalam menjalankan tugasnya, bidan melakukan Asuhan
Kebidanan yang tidak hanya pada ibu hamil dan bersalin, tapi juga pada
wanita yang menginginkan kehamilan.
\
DAFTAR PUSTAKA
Barbara, C.L., 1996, Perawatan Medikal Bedah (suatu
pendekatan proses keperawatan) Bandung
Cantikmumembawaberkah. 2012. Penyakit TBC dan Kehamilan, (online),
4 Desember 2013
Doengoes, M.., Rencana Asuhan Keperawatan.
edisi 3. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Harjana,Dadan. 2013. Gejala TBC, Penyebab, dan Cara Pengobatan Penyakit
TBC (online), (http://gejalapenyakitmu.blogspot.com/2013/05/gejala-tbc-penyebab-dan-cara-pengobatan.html) diambil 21 Februari 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar