“Ibu Hamil
dengan Indikasi Penyakit Jantung”
Dosen Pengampu : Dewi Setyaningsih, S.SiT,M.P.H
Disusun
Oleh :
Kelompok 4
1. Serly
Anjelina (16140175)
2. Yusti
Astri Delita (16140235)
3. Hukmi
Diniati (16140216)
4. Pratiwi
Atmanegara (16140227)
5. Palagia
Theysasusi (16140117)
6. Katarina
Devi (16140125)
7. Santi Lalo (16140216)
8. Halisya (16150057)
PRODI DIV BIDAN PENDIDIK
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2016/2017
Puji Syukur Kehadirat Allah Yang
Maha Esa yang telah memberikan kesempatan dalam penyusunan makalah ini dapat
terselesaikan dengan sukses dan berhasil tanpa adanya halangan apapun.Apa yang
tersaji dihadapan pembaca bukanlah sebuah buku yang dipersiapkan secara khusus,
melainkan kumpulan catatan kecil. Sebagai penambah pengetahuan bagi
pembaca tentang pengetahuan kewajiban menuntut ilmu dalam kesehatan.
Apabila ada kesalahan dalam pengetikan makalah ini mohon dimaklumi karena dalam
penulisan makalah ini sangat minim narasumber dan semoga apa yang ada di dalam
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan saya mengucapkan
banyak-banyak terima kasih kepada dosen
pembimbing Ibu Dewi Setyaningsih, S.SiT,M.P.H yang telah membimbing kami selama
ini dalam pelajaran Asuhan
Kebidanan.
Yogyakarta,
21 Februari2017
Penyusun
KATA PENGANTAR……………………………………………….………………………..
DAFTAR SI……………………………………………………………………………
1.1
Latar Belakang…………………………………………………………………
1.2
Rumusan Masalah………………………………………………………………
1.3 Tujuan Penulisan………………………………………………………………..
2.1 Perubahan Hemodinamik Dalam
Kehamilan……………………….……………
2.3 Penatalaksanaan Pada
Kehamilan………………………................................
3.1 Kesimpulan………………………………………………….…………………
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehamilan menyebabkan
terjadinya sejumlah perubahan fisiologis dari sistem kardiovaskuler yang akan
dapat ditolerir dengan baik oleh wanita yang sehat, namun akan menjadi ancaman
yang berbahaya bagi ibu hamil yang mempunyai kelainan jantung sebelumnya. Tanpa
diagnosis yang akurat dan penanganan yang baik maka penyakit jantung dalam
kehamilan dapat menimbulkan mortalitas ibu yang signifikan.
Banyaknya perubahan
fisiologis yang terjadi pada wanita hamil nampaknya mempersulit diagnosis
kelainan jantung, misalnya bising jantung fisiologis sering ditemukan pada
wanita hamil normal, demikian pula dengan dyspnea dan edem.
Cunningham dkk menyatakan bahwa diagnosis penyakit jantung pada kehamilan
jangan ditegakkan bila tidak ada kelainan yang ditemukan sebaliknya jangan
gagal dan terlambat menegakkan diagnosis bila memang ada kelainan. Martin dkk
(1999) melaporkan bahwa kelainan jantung merupakan penyebab kematian ketiga
terbanyak pada wanita usia 25 – 44 tahun.
Koonin dkk (1997)
melaporkan penyakit jantung menjadi penyebab dari 5,6% kematian maternal di
Amerika Serikat antara tahun 1987 – 1990. Di RS. Hasan Sadikin angka kematian
ibu karena kelainan jantung pada tahun 1994 – 1998 sebesar 5,4 % ( 2
dari 37 kasus), sedang di RSCM pada tahun 2001 penyakit jantung menyebabkan 10,3%
kematian ibu dan merupakan penyebab kematian terbanyak setelah
preeklamsi/eklamsi dan perdarahan postpartum.
Risiko kematian maternal akan meningkmeningkat sampai
25 – 50% pada kasus-kasus dengan hipertensi pulmonal, coartasio aorta, sindroma
Marfan yang mengalami komplikasi. Namun penanganan prenatal, intrapartum dan
post partum yang baik dapat memberikan hasil yang
memuaskan. Silversides dkk (2002) di Kanada tidak menemukan satupun
kasus kematian maternal dari 74 ibu hamil dengan stenosis mitral rematik.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
Bagaimana Hemodinamikan dalam
kehamilan?
1.2.2
Bagaimana Diagnosis penyakit jantung
dalam kehamilan?
1.2.3
Penatalaksanaan pada kehamilan?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perubahan Hemodinamik Dalam Kehamilan
Hemodinamik
menggambarkan hubungan antara tekanan darah, curah jantung dan resistensi
vaskuler. Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan secara tidak langsung dengan
auskultasi atau secara langsung dengan kateter intra-arterial. Curah jantung dapat
diukur dengan teknik pengenceran melalui vena sentral, teknik doppler,
ekokardiografi dua dimensi atau dengan impedansi elektrik. Resistensi perifer
diukur dengan memakai hukum Ohm yaitu :1
RPT = TAR x 80
CO
RPT = resistensi perifer total (dyne*sec*cm-5)
TAR = tekanan arteri rata-rata (mmHg)
CO = curah jantung (L/menit)
Curah jantung
merupakan hasil perkalian stroke volume dan denyut jantung. Denyut jantung dan
stroke volume meningkat seiring dengan bertambahnya usia kehamilan. Setelah 32
minggu, stroke volume menurun dan curah jantung sangat tergantung pada denyut
jantung. Resistensi vaskuler menurun pada trimester pertama dan awal trimester
kedua. Denyut jantung, tekanan darah dan curah jantung akan meningkat pada saat
ada kontraksi uterus. Jadi tiga perubahan hemodinamik utama yang terjadi dalam
masa kehamilan adalah : peningkatan curah jantung, peningkatan denyut jantung
dan penurunan resistensi perifer.
Segera
setelah persalinan darah dari uterus akan kembali ke sirkulasi sentral. Pada
kehamilan normal, mekanisme kompensasi ini akan melindungi ibu dari efek
hemodinamik yang terjadi akibat perdarahan post partum, namun bila ada kelainan
jantung maka sentralisasi darah yang akut ini akan meningkatkan tekanan
pulmoner dan terjadi kongesti paru. Dalam dua minggu pertama post
partum terjadi mobilisasi cairan ekstra vaskuler dan diuresis. Pada
wanita dengan stenosis katup mitral dan kardiomiopati sering terjadi
dekompensasi jantung pada masa mobilisasi cairan post partum. Curah jantung
biasanya akan kembali normal setelah 2 minggu post partum.
Takikardia
akan mengurangi pengisian ventrikel kiri, mengurangi perfusi pembuluh darah
koroner pada saat diastol dan secara simultan kemudian meningkatkan kebutuhan
oksigen pada miokardium. Ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
akan memicu terjadinya iskemia miokard. Tiga perubahan hemodinamik
yang berhubungan dengan penanganan penyakit jantung adalah : peningkatan curah
jantung, peningkatan denyut jantung dan penurunan resistensi vaskuler.1, 2
Pada
awal kehamilan terjadi ekspansi aliran darah ginjal dan peningkatan laju
filtrasi glomerulus. Natrium yang difiltrasi meningkat hampir 50%. Meskipun
perubahan-perubahan fisiologis ini akan meningkatkan pengeluaran
natrium dan air terjadi pula peningkatan volume darah sebesar 40-50%. Sistem
renin angiotensin akan diaktifkan dan konsentrasi aldosteron dalam plasma akan
meningkat. 1, 2
Penambahan volume
plasma akan menyebabkan penurunan hematokrit dan merangsang
hematopoesis. Massa sel-sel darah merah akan bertambah dari 18 % menjadi 25%
tergantung pada cadangan besi tiap individu. Keadaan “anemia fisiologis” ini
biasanya tidak menyebabkan komplikasi pada jantung ibu, namun anemia yang lebih
berat akan meningkatkan kerja jantung dan menyebabkan terjadinya takikardia.
Mikrositosis akibat defisiensi besi dapat memperburuk perfusi pada sistem
mikrosirkulasi penderita polisitemia yang berhubungan dengan penyakit jantung
sianotik sebab sel-sel darah merah yang mikrositik sedikit yang
dirubah. Keadaan ini membutuhkan suplai besi dan asam folat.1, 5
Kadar albumin serum
akan menurun 22 % meskipun massa albumin intravaskuler bertambah 20% akibatnya
terjadi penurunan tekanan onkotik serum dari 20 mmHg menjadi 19
mmHg. Pada kehamilan normal balans cairan intravaskuler dipertahankan oleh
penurunan tekanan onkotik intertitial, namun bila terjadi peningkatan tekanan
pengisian ventrikel kiri atau bila terjadi gangguan pada pembuluh darah paru
maka akan terjadi edem paru yang dini.1
2.2 Diagnosis
Kebanyakan
wanita dengan kelainan jantung telah terdiagnosis sebelum kehamilan, misalnya
pada mereka yang pernah menjalani operasi karena kelainan jantung kongenital
maka akan mudah untuk mendapat informasi yang rinci. Sebaliknya penyakit
jantung pertama kali didiagnosis saat kehamilan bila ada gejala yang
dipicu oleh peningkatan kebutuhan jantung.
Gejala
klasik penyakit jantung adalah : palpitasi, sesak nafas, dan nyeri dada.
Berhubung karena gejala ini juga berhubungan dengan kehamilan normal maka perlu
melakukan anamnesis yang cermat untuk menentukan apakah gejala ini sudah tidak
berhubungan dengan kehamilan normal. Bising sistolik dapat ditemukan pada 80%
wanita hamil, umumnya berhubungan dengan peningkatan volume aorta dan arteri
pulmonalis. Tipe bising ini adalah derajat 1 atau 2, midsistolik,
paling keras pada basal jantung, tidak berhubungan dengan kelainan fisik yang
lain. Pada pasien dengan bising sistolik akan terdengar pemisahan bunyi
jantung dua yang keras. Setiap bising diastolik dan bising sistolik yang lebih
keras dari derajat 3/6 atau menjalar ke daerah karotis harus dianggap sebagai
patologis. Pada wanita yang diduga mengalami kelainan jantung maka perlu
dilakukan evaluasi yang cermat terhadap denyut vena jugularis, sianosis pada
daerah perifer, clubbing dan ronki paru.1, 6
Pemeriksaan
diagnostik lanjut perlu dilakukan pada wanita hamil yang mempunyai : riwayat
kelainan jantung, gejala yang melebihi kehamilan normal, bising patologi, tanda
kegagalan jantung pemeriksaan fisik atau desaturasi oksigen arteri tanpa
kelainan paru. Pemeriksaan yang paling tepat untuk menilai wanita hamil dengan
dugaan kelainan jantung adalah ekokardiografi transtorasik. Pemeriksaan
radiografi paru hanya bermanfaat pada dugaan adanya kegagalan jantung.
Pemeriksaan elektokardiografi (EKG) nampaknya tidak spesifik. Bila ada gejala
aritmia jantung yang menetap maka perlu dilakukan monitor EKG selama 24 jam.
Kateterisasi jantung jarang diperlukan untuk membuat diagnosis penyakit jantung
kongenittal atau kelainan katup jantung, namun pemeriksaan ini bermanfaat bila
ada gejala penyakit jantung koroner akut selama kehamilan sebab mempunyai
paparan radiasi yang kecil sehingga diagnosis dapat ditegakkan lebih dini dan dapat
dilakukan revaskularisasi untuk mencegah infark miokard.1,
Klasifikasi penyakit
jantung (status fungsional) berdasarkan klasifikasi yang ditetapkan oleh New
York Heart Association pada tahun 1979, sebagai berikut :
Klas / derajat I :
Aktivitas biasa tidak terganggu.
Klas / derajat II : Aktivitas
fisik terbatas, namun tidak ada gejala saat istirahat.
Klas / derajat III :Aktivitas ringan
sehari-hari terbatas, timbul sesak atau nyeri, palpitasi pada aktifitas yang
ringan.
Klas / derajat IV : Gejala timbul pada waktu
istirahat, dan terdapat gejala gagal jantung.
a. Elektrokardiografi
Pemeriksaan EKG sangat aman dan dapat membantu menjawab pertanyaan rang spesifik. Kehamilan dapat menyebabkan interpretasi dari variasi gelombang ST-T lebih sulit dari yang biasa, Depresi segmen ST inferior sering didapati pada wanita hamil normal. Pergeseran aksis QRS kekiri sering didapati, tetapi deviasi aksis kekiri yang nyata (-30°) menyatakan adanya kelainan jantung.
b) Ekokardiografi
Pemeriksaan ekokardiografi, termasuk Doppler sangat aman dan tanpa risiko terhadap ibu dan janin. Pemeriksaan tranesofageal ekokardiografi pada wanita hamil tidak dianjurkan karena risiko anestesi selama prosedur pemeriksaan radiografi. Semua pemeriksaan radiografi harus dihindarkan terutama pada awal kehamilan. Pemeriksaan radiografi mempunyai risiko terhadap organogenesis abnormal pada janin, atau malignancy pada masa kanak-kanak terutama leukemia. Jika pemeriksaan sangat diperlukan sebaiknya dilakukan pada kehamilan lanjut, dosis radiasi seminimal mungkin dan perlindungan terhadap janin seoptimal mungkin.
c) Radionuklide
Beberapa pemeriksaan radionuklide akan mengikat albumin dan tidak akan mencapai fetus, pemisahan akan terjadi dan eksposure terhadap janin mungkin terjadi. Sebaiknya pemeriksaan ini dihindarkan. Adakalanya pemeriksaan ventilasi pulmonal/perfusi scan atau scan perfusi miokard thallium diperlukan saat kehamilan. Diperkirakan eksposur terhadap fetua rendah.
d) Magnetic Resonance Imaging
Meskipun tidak tersedia informasi mengenai keamanan prosedur MRI pada evaluasi wanita hamil dengan kehamilan, dilaporkan tidak didapati efek fetal yang merugikan bila digunakan pada tujuan yang lain. Pemeriksaan ini mesti dihindarkan pada wanita dengan implantasi pacu jantung atau defibrillator.
Klasifikasi
Klasifikasi tidak hanya didasarkan gejala klinis. Klasifikasi berikut didasarkan pada Disability yang lampau dan sekarang serta tidak dipengaruhi oleh tanda-tanda fisik :
1) Kelas I
Tidak teganggu (Uncompromised), pasien dengan penyakit jantung dan tidak ada pembatasan dalam aktivitas fisik. Mereka tidak memperlihatkan gejala insufisiensi jantung atau merasakan nyeri angina.
2) Kelas II
Agak terganggu (Slightly compromised) : Pasien dengan penyakit jantung dan sedikit pembatasan aktivitas fisik. Pada wanita ini merasa tidak nyaman (Discomfort) dalam bentuk rasa lelah berlebihan, palpitasi, dispnea, atau nyeri angina.
3) Kelas III
Jelas terganggu ( Markedly Compromised) : Pasien dengan pembatasan penyakit jantung dan pembatasan nyata aktifitas fisik. Mereka nyaman dalam keadaan istirahat, tetapi aktivitas yang kurang dari biasa menyebabkan rasa tidak nyaman berupa kelelahan berlebihan, palpitasi, dispnea, atau nyeri angina.
4) Kelas IV
Terganggu parah (Severely Compromised) : Pasien dengan penyakit jantung dan tidak mampu melakukan aktifitas fisik apapun tanpa merasa tidak nyaman. Gejala insufisiensi jantung atau angina dapat timbul bahkan dalam keadaan istirahat, dan apabila mereka melakukan aktifitas fisik apapun, rasa tidak nyaman bertambah.
Pemeriksaan EKG sangat aman dan dapat membantu menjawab pertanyaan rang spesifik. Kehamilan dapat menyebabkan interpretasi dari variasi gelombang ST-T lebih sulit dari yang biasa, Depresi segmen ST inferior sering didapati pada wanita hamil normal. Pergeseran aksis QRS kekiri sering didapati, tetapi deviasi aksis kekiri yang nyata (-30°) menyatakan adanya kelainan jantung.
b) Ekokardiografi
Pemeriksaan ekokardiografi, termasuk Doppler sangat aman dan tanpa risiko terhadap ibu dan janin. Pemeriksaan tranesofageal ekokardiografi pada wanita hamil tidak dianjurkan karena risiko anestesi selama prosedur pemeriksaan radiografi. Semua pemeriksaan radiografi harus dihindarkan terutama pada awal kehamilan. Pemeriksaan radiografi mempunyai risiko terhadap organogenesis abnormal pada janin, atau malignancy pada masa kanak-kanak terutama leukemia. Jika pemeriksaan sangat diperlukan sebaiknya dilakukan pada kehamilan lanjut, dosis radiasi seminimal mungkin dan perlindungan terhadap janin seoptimal mungkin.
c) Radionuklide
Beberapa pemeriksaan radionuklide akan mengikat albumin dan tidak akan mencapai fetus, pemisahan akan terjadi dan eksposure terhadap janin mungkin terjadi. Sebaiknya pemeriksaan ini dihindarkan. Adakalanya pemeriksaan ventilasi pulmonal/perfusi scan atau scan perfusi miokard thallium diperlukan saat kehamilan. Diperkirakan eksposur terhadap fetua rendah.
d) Magnetic Resonance Imaging
Meskipun tidak tersedia informasi mengenai keamanan prosedur MRI pada evaluasi wanita hamil dengan kehamilan, dilaporkan tidak didapati efek fetal yang merugikan bila digunakan pada tujuan yang lain. Pemeriksaan ini mesti dihindarkan pada wanita dengan implantasi pacu jantung atau defibrillator.
Klasifikasi
Klasifikasi tidak hanya didasarkan gejala klinis. Klasifikasi berikut didasarkan pada Disability yang lampau dan sekarang serta tidak dipengaruhi oleh tanda-tanda fisik :
1) Kelas I
Tidak teganggu (Uncompromised), pasien dengan penyakit jantung dan tidak ada pembatasan dalam aktivitas fisik. Mereka tidak memperlihatkan gejala insufisiensi jantung atau merasakan nyeri angina.
2) Kelas II
Agak terganggu (Slightly compromised) : Pasien dengan penyakit jantung dan sedikit pembatasan aktivitas fisik. Pada wanita ini merasa tidak nyaman (Discomfort) dalam bentuk rasa lelah berlebihan, palpitasi, dispnea, atau nyeri angina.
3) Kelas III
Jelas terganggu ( Markedly Compromised) : Pasien dengan pembatasan penyakit jantung dan pembatasan nyata aktifitas fisik. Mereka nyaman dalam keadaan istirahat, tetapi aktivitas yang kurang dari biasa menyebabkan rasa tidak nyaman berupa kelelahan berlebihan, palpitasi, dispnea, atau nyeri angina.
4) Kelas IV
Terganggu parah (Severely Compromised) : Pasien dengan penyakit jantung dan tidak mampu melakukan aktifitas fisik apapun tanpa merasa tidak nyaman. Gejala insufisiensi jantung atau angina dapat timbul bahkan dalam keadaan istirahat, dan apabila mereka melakukan aktifitas fisik apapun, rasa tidak nyaman bertambah.
2.3 Penatalaksanaan Pada Kehamilan
1.
Memberikan pengertian kepada ibu hamil
untuk melaksanakan pengawasan antenatal yang teratur.
2.
Kerjasama dengan ahli penyakit dalam
atau kardiolog.
3.
Pencegahan terhadap kenaikan berat
badan dan retensi air yang berlebihan. Jika terdapat anemia, harus diobati.
4.
Timbulnya hipertensi atau hipotensi
akan memberatkan kerja jantung, hal ini harus diobati.
5.
Bila terjadi keluhan yang agak berat,
seperti sesak napas, infeksi saluran pernapasan, dan sianosis, penderita harus
dirawat di rumah sakit.
6.
Skema kunjungan antenatal: setiap 2
minggu menjelang kehamilan 28 minggu dan 1 kali seminggu setelahnya.
7.
Harus cukup istirahat, cukup tidur,
diet rendah garam, dan pembatasan jumlah cairan.
8.
Pengobatan khusus bergantung pada kelas
penyakit :
a.KelasI
Tidak memerlukan pengobatan tambahan.
b. Kelas II
Biasanya tidak memerlukan terapi tambahan. Mengurangi kerja fisik terutama antara kehamilan 28-36 minggu.
c. Kelas III
Memerlukan digitalisasi atau obat lainnya. Sebaiknya dirawat di rumah sakit sejak kehamilan 28-30 minggu.
d. Kelas IV
Harus dirawat di rumah sakit dan diberikan pengobatan, bekerjasama dengan kardiolog.
Pada Persalinan
Penderita kelas I dan kelas II biasanya dapat meneruskan kehamilan dan bersalin per vaginam, namun dengan pengawasan yang baik serta kerjasama dengan ahli penyakit dalam.
1. Bila ada tanda-tanda payah jantung (dekompensasi kordis) diobati dengan digitalis. Memberikan sedilanid dosis awal 0,8 mg dan ditambah sampai dosis 1,2-1,6 mg intravena secara perlahan-lahan. Jika perlu, dapat diulang 1-2 kali dalam dua jam. Di kamar bersalin harus tersedia tabung berisi oksigen, morfin, dan suntikan diuretikum.
Tidak memerlukan pengobatan tambahan.
b. Kelas II
Biasanya tidak memerlukan terapi tambahan. Mengurangi kerja fisik terutama antara kehamilan 28-36 minggu.
c. Kelas III
Memerlukan digitalisasi atau obat lainnya. Sebaiknya dirawat di rumah sakit sejak kehamilan 28-30 minggu.
d. Kelas IV
Harus dirawat di rumah sakit dan diberikan pengobatan, bekerjasama dengan kardiolog.
Pada Persalinan
Penderita kelas I dan kelas II biasanya dapat meneruskan kehamilan dan bersalin per vaginam, namun dengan pengawasan yang baik serta kerjasama dengan ahli penyakit dalam.
1. Bila ada tanda-tanda payah jantung (dekompensasi kordis) diobati dengan digitalis. Memberikan sedilanid dosis awal 0,8 mg dan ditambah sampai dosis 1,2-1,6 mg intravena secara perlahan-lahan. Jika perlu, dapat diulang 1-2 kali dalam dua jam. Di kamar bersalin harus tersedia tabung berisi oksigen, morfin, dan suntikan diuretikum.
2. Kala II yaitu
kala yang kritis bagi penderita. Bila tidak timbul tanda-tanda payah jantung,
persalinan dapat ditunggu, diawasi dan ditolong secara spontan. Dalam 20-30
menit, bila janin belum lahir, kala II segera diperpendek dengan ekstraksi
vakum atau forseps. Kalau sosio sesarea dengan lokal anestesi/lumbal/kaudal di
bawah pengawasan beberapa ahli multidisiplin.
3. Untuk menghilangkan rasa sakit boleh
diberikan obat analgesik seperti petidin dan lain-lain. Jangan diberikan
barbiturat (luminal) atau morfin bila ditaksir bayi akan lahir dalam beberapa
jam.
4.Kala II biasanya
berjalan seperti biasa. Pemberian ergometrin dengan hati-hati, biasanya
sintometrin intramuskuler adalah aman.
Penderita
kelas III dan IV tidak boleh hamil karena kehamilan sangat membahayakan
jiwanya. Bila hamil, segera konsultasikan ke dokter ahli atau sedini mungkin
abortus buatan medikalis. Pada kasus tertentu tubektomi. Bila tidak mau
sterilisasi, dianjurkan memakai kontrasepsi yang baik adalah IUD (AKDR).
Penatalaksanaan kelas III dan IV, pada penyakit yang tidak terlalu parah,
dianjurkan analgesia epidural. Kelahiran pervaginam dianjurkan pada sebagian
besar kasus yang ada indikasi obstetrinya. Keputusan untuk melakukan SC juga
harus mempertimbangkan penyakit jantung spesifiknya, kondisi ibu keseluruhan,
ketersediaan dan pengalamanahli anestesi,
serta fasilitas yang ada.
BAB
III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Denyut jantung, tekanan darah dan curah jantung akan meningkat pada saat ada kontraksi uterus. Jadi tiga perubahan hemodinamik utama yang terjadi dalam masa kehamilan adalah : peningkatan curah jantung, peningkatan denyut jantung dan penurunanresistensi perifer. Kebanyakan wanita dengan kelainan jantung telah terdiagnosis sebelum kehamilan. Gejala klasik penyakit jantung adalah : palpitasi, sesak nafas, dan nyeri dada. Pemeriksaan diagnostik lanjut perlu dilakukan seperti Elektrokardiografi, b) Ekokardiografi, c) Radionuklide, d) Magnetic Resonance Imaging.
Denyut jantung, tekanan darah dan curah jantung akan meningkat pada saat ada kontraksi uterus. Jadi tiga perubahan hemodinamik utama yang terjadi dalam masa kehamilan adalah : peningkatan curah jantung, peningkatan denyut jantung dan penurunanresistensi perifer. Kebanyakan wanita dengan kelainan jantung telah terdiagnosis sebelum kehamilan. Gejala klasik penyakit jantung adalah : palpitasi, sesak nafas, dan nyeri dada. Pemeriksaan diagnostik lanjut perlu dilakukan seperti Elektrokardiografi, b) Ekokardiografi, c) Radionuklide, d) Magnetic Resonance Imaging.
Daftar pustaka
Prawiharjo, Sarwono.2009.ILMU KEBIDANAN SARWONO PRAWIHARJO. Jakarta. PT Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo
Kumala, Popy.1006.Kamus saku kedokteran Dorland E/25.Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC
Nissak, Zainatun.2011. Penyakit yang menyertai persalinan. http://zainatunnisak.blogspot.com/2011/11/penyakit-yg-berpengaruh-terhadap.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar